Orang tua berjenggot dibotol kolesom tukang jamu mulai pasang mata genit, seperti biasa, tatapannya tawarkan lebih dari sekedar pelepas dahaga atau sekedar pengoplos jamu. Jenggotnya terlihat makin asri saja, seperti begawan bijak yang kenyang pengalaman hidup pada zaman raja raja dulu. Sementara disudut warung para pencekik lehernya, mulai riuh dalam cakap, tergelak dan terbahak, disudut lain suara gitar mengiringi mulut mulut sengir berdendang, bergoyang. "Ini malam milik kita kawan" Orang tua berjenggot itu berkata bijak. "ketimbang menimbang resah hari, lanjutkan gelakmu, lantangkan denting gitar itu karena nada dan teriakan yang keras adalah pembebasan buat kita. Toh malam tak akan marah pada keadaan ini, ia tak pernah peduli saat waktunya teraniaya. Sebab besok ia akan ada lagi meniti hidup seperti kita para pelaku hari". Aku yang akrab dengan orang tua berjenggot itu, menimbang, mencoba menahan hasratku. Sementara kemeriahan gelak dan alunan gitar semakin menjadi. Rupanya petuah orang tua berjenggot itu sudah merasuki otak para pencekik lehernya.
KEMBALI KE ARTIKEL