Mohon tunggu...
KOMENTAR
Humaniora Pilihan

Martin Luther King, Pendeta yang Mampu Mengubah Amerika Serikat

20 Januari 2015   09:20 Diperbarui: 17 Juni 2015   12:46 831 1

Kegigihan King sebagai seorang pejuang kemanusiaan terekam dalam perjalanan hidupnya hingga Tuhan memanggil hambaNya ini untuk “pulang”. Sehari sebelum penembakan atas dirinya, King berbicara kepada peserta aksi unjuk rasa di Memphis tentang “tanah perjanjian.” Bagi orang Kristen, tanah perjanjian adalah sebutan lain tentang surga. Ucapan King ini dianggap sebagai perkataan profetik (akan terjadi) yang dirasakan oleh King sendiri. King mengatakan, “Saya telah melihat tanah perjanjian itu. Saya mungkin tidak memasukinya bersama-sama dengan anda. Tetapi saya mau anda tahu bahwa malam ini kita bersama-sama akan masuk ke dalam tanah perjanjian itu.” Keesokan pagi, pada 4 April 1968 sebuah peluru mengakhiri perjalanan kehidupan King yang luar biasa. Karena perjuangan kemanusiaan inilah King dianugerahkan Nobel Perdamaian pada tahun 1964. Meski King banyak dipuji atas jasanya bagi kaum kulit hitam, namun beberapa kalangan menilai ia “dekat” dengan Uni Soviet yang komunis. Sesungguhnya kedekatan King dengan Uni Soviet terjadi karena King mengupayakan kepergian orang-orang Yahudi dari Uni Soviet untuk keluar dari Uni Soviet. Meski King adalah seorang Pendeta Gereja Baptis, namun ia mendapat tempat di hati komunitas Yahudi di Amerika Serikat. Karena pengalaman hidupnya yang mengalami diskiriminasi, King menyadari betul apa yang dirasakan kaum Yahudi masa itu. Bagi kalangan Yahudi, Martin Luther King, Jr merupakan pendukung berdirinya negara Israel dan menjadi tokoh antisemitisme.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun