Berbagai penolakan dan ketidaksetujuan penyamarataan kehidupan bagi warga disfabel kian bertambah. Sering dijumpai sejumlah perusahaan yang menolak menerima warga disfabel sebagai karyawan mereka. Tak jarang hal ini semakin menambah dimensi ketidakadilan yang harus diterima warga disfabel sehingga mereka terus terbenam dibawah. Tak ada satupun yang berusaha mengembangkan potensi yang sebenarnya juga dimiliki oleh mereka.
Sebagian besar masyarakat menganggap warga disfabel termasuk kelompok yang menyusahkan dan terbelakang. Mereka tidak dirangkul tetapi malah dikucilkan. Tidak ada orang yang membela mereka selama ini. Hanya sebagian kecil kelompok yang mau menunjukkan kepedulian terhadap mereka.
Hal pertama yang saya lakukan untuk mengatasi hal ini bila saya menjadi anggota DPD adalah menyemangati diri mereka bahwa mereka bisa seperti manusia normal lainnya dan bahkan lebih. Mereka bisa asalkan mau berusaha. Usaha merekalah yang menentukan hidup mereka kedepan.
Kedua, saya akan mencoba memulai dari bawah. Menyelenggarakan pendidikan yang berkualitas bagi masyarakat disfabel. Sekolah-sekolah diharapkan bisa menerima mereka bergabung dengan siswa lainnya agar mereka mendapat hak penyamarataan pendidikan dan tidak didiskriminasikan. Selama ini orangtua yang memiliki anak disfabel seringkali memilih untuk menyekolahkan mereka seadanya bahkan tidak sama sekali. Mereka menganggap anak disfabel hanya menyusahkan dan memalukan keluarga. Tidak sepenuhnya benar pemikiran semacam itu. Bagaimanapun setiap manusia memiliki potensi dan kemampuan tersendiri.
Pendidikan bagi warga fabel tidak hanya sebatas pendidikan dasar tetapi sampai pada tahap perguruan tinggi baik S1, S2, dan S3. Raihlah cita-citamu setinggi langit nampaknya berlaku dalam hal ini. Saya akan mengusulkan UU tentang pendidikan tinggi bagi warga fabel dengan menetapkan sejumlah kebijakan bagi seluruh universitas di Indonesia agar tidak menolak warga disfabel berkuliah. Bila perlu saya akan mengadakan sejumlah beasiswa khusus bagi warga disfabel yang berprestasi.
Setelah potensi dasar mereka diasah melalui pendidikan, maka selanjutnya harus dikembangkan. Saya akan mengadakan sejumlah pendidikan dan pelatihan kilat yang disesuaikan dengan potensi dan kondisi yang dimiliki warga fabel. Selain itu, diadakan pula sejumlah kerjasama dengan sejumlah perusahaan baik swasta maupun pemerintah agar mau menerima warga fabel sebagai bagian dari perusahaan tersebut. Tentu dengan jumlah gaji yang memadai.
Dewasa ini, teknologi berkembang dengan sangat pesat. Semua orang mengenal Internet untuk mengetahui perubahan yang terjadi di belahan bumi manapun. Diharapkan warga disfabel tidak menutup mata terhadap hal ini. Mereka juga harus didorong untuk pandai memanfaatkan teknologi sebagai sarana pengembangan diri. Upaya ini tentu juga didorong dengan penyediaan modal yang cukup untuk merealisasikan hal tersebut.