Saat iseng membaca pola dan jenis artikel di Kompasiana ini, saya baru bisa menangkap kalau portal ini adalah blog sosial.
Dari beberapa informasi, Kompasiana dulunya hanya diperuntukkan bagi para jurnalis Kompas pada 2008.
Seiring berjalannya waktu, Kompasiana menjadi blog yang bisa digunakan oleh banyak orang, termasuk saya sebagai umum.
Isinya sangat beragam, mulai dari semacam artikel berita, opini, tips dan trik, bahkan karya sastra seperti puisi, cerpen, dan cerbung.
Ada 'Topik Pilihan' dan 'Isu Terkini' yang menjadi ajang para penulis untuk berbagi buah pikir dan bisa menghasilkan viewers, like, dan komentar yang lumayan.
Kedua rubrik tersebut membuat saya bisa mengikuti isu yang hangat dengan cara riset terlebih dahulu, baru menciptakan konten.
Jika para pembaca mau melirik profil saya, sebenarnya akun ini sudah ada sejak 20 Juni 2020, tetapi baru aktif menulis pada 11 Januari 2023, terlambat sekali, bukan?
Padahal, ada sistem reward untuk para penulis Kompasiana (disebut Kompasianer) bagi yang sudah mencapai target tertentu.
Andai saja sejak awal membuat akun sudah aktif menulis, saya sudah mendapatkan penghasilan yang masih lumayan untuk tambahan.
Berbicara tentang Kompasiana, saya cukup lama membaca artikel tentang opini terkait suatu masalah yang hangat.
Begitu saya membaca beberapa artikel, saya sempat minder dengan Kompasianer yang sudah lama berkecimpung.
Saya lebih cocok untuk menyebut Kompasianer kebanyakan dihuni oleh Generasi Boomer.
Mengapa? Saya berpikir kalau situs blog sosial ini dihuni kebanyakan oleh bapak-bapak atau ibu-ibu yang sudah sekira kepala 4 ke atas.
Belum lagi saat melihat foto profil, wajah-wajah penulis sudah terlihat lebih tua, saya menjadi minder karena saya masih tergolong muda di Kompasiana.
Belum lagi saya sempat menemukan artikel temanya apa, tapi foto captionnya malah foto diri, sangat terlihat kalau sudah berumur.
Tidak hanya itu, gaya bahasanya khas sekali orang yang sudah dewasa, beda dengan saya yang masih terbiasa menulis dengan gaya bahasa anak muda.
Saya sempat bertanya-tanya pada diri sendiri, apa untuk menjadi Kompasianer, harus sudah menua dahulu baru menulis.
Penyebabnya adalah eksistensi Generasi Milenial atau Generasi Z kurang terlalu kuat di sini, atau mungkin saya salah tempat.
Bahkan, untuk sekelas komunitas Kompasiana saja rata-rata dikuasai oleh masyarakat yang sudah berumur.
Namun, di sini saya seperti dihargai karena beberapa artikel saya mendapatkan 3 digit viewers dan like tidak ketinggalan juga.
Baiklah, sekian curahan hati saya soal menjadi muda di Kompasiana, semoga ada komunitas Kompasiana yang diisi kaula muda.