Pantas saja, hal ini memancing emosi masyarakat Indonesia karena memanfaatkan posisi sebagai influencer agar mendapatkan produk gratis.
Memang, antara influencer dengan pemilik usaha bisa bermitra dan menumbuhkan simbiosis mutualisme.
Akan tetapi, kalau soal uang, Anda wajib untuk mematuhi aturan main dunia bisnis: 'Anda Jual, Kami Beli'.
Apa maksudnya? Tidak peduli dengan siapa dan apa status Anda, bisnis tetaplah bisnis, Anda harus membeli sesuatu dengan uang.
Mengapa? Karena uang baik fisik maupun digital merupakan ruh dari operasional usaha mereka.
Seperti halnya Anda menjadi influencer untuk mendapatkan pemasukan, pemilik usaha juga perlu pemasukan.
Mungkin mereka tidak akan kaya secara cepat, tetapi setidaknya mereka membuka usaha untuk memenuhi kehidupan sehari-hari diri sendiri, keluarga, atau pegawainya.
Bayar dengan exposure saja tidak bisa membuat mereka kenyang, apa bedanya dengan tidak mendapatkan penghasilan sama sekali.
Atau bahkan, mereka perlu dana segera sebagai pegangan atau dana darurat jika ada pengeluaran yang tidak terduga.
Sangat tidak etis jika mentang-mentang menjadi influencer lantas seenaknya sendiri minta menu gratis sebagai upah promosi.
Mereka tidak akan kenyang jika Anda bayar dengan exposure, belum tentu traffic pemirsa konsisten di atas.
Jika tetap bersikukuh pada pendirian bayar dengan exposure saja, apakah mereka bisa mendapatkan dana apabila mendesak?
Perlu untuk diketahui bahwa revenue atau penghasilan konten tidak secepat kilat seperti berdagang pada umumnya.
Ada di antara para pemilik usaha yang mungkin sangat membutuhkan dana dengan cepat untuk cicilan.
Mengapa Anda terlalu pelit untuk mengeluarkan uang untuk menghidupi usaha mereka, lebih-lebih berupa UMKM?
Coba bayangkan, Anda dulu pernah berada di fase jatuh dan bangun saat menjadi influencer, bukan?
Seperti itulah para pemilik usaha, mereka jatuh-bangun mendirikan usaha hingga sesukses saat ini.
Bayar dengan exposure saja bukan langkah yang bijak, meskipun dengan exposure tersebut bisa mengundang calon pembeli.
Tidak ada salahnya jika Anda juga membantu mereka dengan membayar sesuai harga, syukur-syukur jika membayarnya lebih dari harga.
Ini menjadi pelajaran penting, tetaplah mengedepankan moralitas dalam membuat konten tanpa ada yang dirugikan.
Jangan sampai pekerjaan sebagai influencer memiliki stigma 'mengemis dengan gaya', ayo bantu sesama.