Mohon tunggu...
KOMENTAR
Lyfe

Cara Bahagia itu Berbeda-beda, Stop Membandingkan!

26 Maret 2023   10:13 Diperbarui: 26 Maret 2023   10:18 92 0
Banyak orang yang menganggap bahagia itu kalau punya rumah mewah 3 tingkat, tetapi tidak sedikit dengan orang yang tinggal di rumah sederhana asalkan terawat.

Ada yang menafsirkan kebahagiaan itu ketika punya HP iPhone terbaru, tetapi ada juga yang bahagia dengan HP Android sederhana.

Sebagian ada yang bahagia dengan makan-makan di restoran mahal, tetapi ada juga yang makan-makan di angkringan saja sudah merasa bahagia.

Kebanyakan masyarakat memiliki standar kebahagiaan itu ketika menjadi PNS, tetapi tidak sedikit yang menganggap bekerja sesuai minat adalah kebahagiaan mereka.

Sebagian masyarakat bahagia ketika berjalan-jalan di mal tengah kota, ada juga yang cukup bercengkerama di gubuk persawahan desa sudah membuatnya bahagia.

Setiap orang memiliki penafsiran standar kebahagiaannya sendiri-sendiri dan tidak bisa diganggu gugat.

Bagaimana tidak, pola pikirnya saja berbeda-beda, cara menyikapi hidupnya juga berbeda, apalagi dengan cara bahagianya.

Sayangnya, ada yang mencibir orang yang hanya bisa makan mi instan rebus saja sudah membuatnya bahagia.

Bisa bercengkerama dengan sahabat dekat di warung kopi saja dicap miskin atau tidak kekinian bagi sebagian orang.

Kumpul-kumpul di kafe elit saja dikata-katai 'norak', 'lebay', atau sumpah serapah karena dianggap menghambur-hamburkan uang.

Perkara kebahagiaan, tidak ada standar baku yang bisa diterapkan karena kebahagiaan adalah urusan hati.

Semua orang berhak untuk bahagia dengan caranya sendiri sebagai bentuk merawat kesehatan mentalnya.

Mungkin Anda belum tahu, di balik kebahagiaan yang diperoleh, ada proses yang berdarah-darah saat pencapaiannya.

Misal, ada yang makan-makan di restoran elit, dia membutuhkan waktu lama untuk bekerja keras dan menabung untuk kesempatan itu meskipun mungkin jarang-jarang.

Jangan pernah mencibir orang dengan standar bahagianya rendah menurut Anda karena dapat menyakiti perasaannya.

Ya, standar kebahagiaan masing-masing orang tidak pernah bisa disamakan, tetapi yang dinilai adalah apakah bisa menikmati hidup atau tidak.

Pantas saja, indeks kebahagiaan di Indonesia rendah, menghargai kebahagiaan orang dan menghargai kesehatan mental orang lain saja ogah.

Selama kebahagiaan itu tidak memberikan dampak negatif terhadap Anda, itu sah-sah saja, kok.

Seharusnya Anda bersyukur karena orang lain bisa berbahagia di tengah kerasnya kehidupan daripada memilih untuk mengakhiri hidupnya.

Ayo, kita bisa menghargai kebahagiaan orang lain dan menjaga perasaannya agar kesehatan mentalnya tidak terganggu.

Biarkan mereka merayakan kebahagiaannya sebagai hiburan di tengah rumitnya hidup daripada terlalu sering stres.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun