Gejala ini sudah saya alami sejak mengenyam di bangku SD, saya semakin minder ketika di depan orang banyak.
Namun, komunikasi saya bisa dengan baik apabila empat mata dan tidak dalam kondisi seperti sedang berorasi.
Sejak menempuh pendidikan SD juga, saya dipaksa oleh lingkungan untuk menjadi percaya diri di depan umum.
Karena memang sudah menjadi bawaan, saya tetap tidak bisa berbicara di depan umum, bahkan dilanda rasa cemas.
Masalah ini masih tetap bercokol hingga di masa perkuliahan, justru semakin parah apabila saat presentasi.
Bukan keringat dingin lagi, mulut dan rahang saya semakin kaku dan mudah lupa dengan kata-kata yang akan saya lontarkan.
Belum lagi ketika hanya saya yang laki-laki di kelompok itu, sudah introvert, dihajar patriarki dan toxic masculinity pula.
Makanya, saya bersyukur apabila dalam kelompok tersebut ada laki-laki lain, saya pasti meminta orang itu yang presentasi.
Masa kuliah adalah masa terparah saya saat menjadi seorang introvert sampai harus menepi setelah kuliah dan kumpul dengan orang banyak di kelas.
Negara ini cuma mau yang ekstrovert