Umumnya (
awam) orang mengartikan doa (
da'a) adalah permintaan (
ath-tholab). Namun bila kita mengkaji arti doa sesuai gramatika dan sintaksis bahasa (
nahwu) dan morfologi bahasa (
shorof) dalam bahasa Arab, istilah doa berasal dari bentukan kata bahasa Arab
da'a-yad'u-du'aan, yang secara dasar artinya "menyeru/menggetarkan". Bila kita mengkaji makna doa dalam Al Quran juga tidak lepas dari arti dasarnya yaitu "menyeru/menggetarkan". Silahkan cek di QS 7 : 193-194, QS 71 : 5-8, QS 28 : 64. Berdasarkan Al Quran makna doa lebih menunjukkan kesadaran dan nuansanya, lebih menunjukkan pilihan identitas,
point of view,
self concept, beliefs system, citra diri, interjeksi, mindset, kesungguhan, serta seruan untuk
action. Ayat
ud'uni astajib lakum "Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu" (QS 40:60) yang sering dijadikan dasar makna doa adalah permintaan (
ath-tholab) justru makna sebenarnya bukan permintaan (
ath-tholab). Kata
astajib yang digandengkan dengan
ud'uni dalam ayat tersebut bermakna
tahawwul atau
shairrah (menjadi/manifestasi),
ishbah (membenarkan),
i'tiqd (mengalami) dan
muthwa'ah (otomatis terwujud). Lebih bermakna kesadaran dan nuansanya, pilihan identitas,
point of view,
self concept, beliefs system, citra diri, interjeksi, mindset, kesungguhan, serta seruan untuk
action. Sehingga doa lebih tepat diartikan "menyeru/menggetarkan" (
da'a) bukan permintaan (
ath-tholab).
KEMBALI KE ARTIKEL