Hari itu Senin tanggal 27 September 622 M setelah menempuh jarak kurang lebih 522 km dari Mekkah, Sang Nabi tiba di Yatsrib. Hari itu penuh kebahagiaan. "Selamat datang wahai Nabi Allah ! Selamat datang wahai Nabi Allah !" Begitulah luapan kegembiraan yang diserukan berulang-ulang oleh penduduk yang tinggal di Yatsrib, baik dari kaum
anshar (penduduk asli Yatsrib yang menolong/menerima hijrah kaum muslim dari Mekkah) maupun kaum
muhajirin (penduduk asli Mekkah yang berpindah/bergerak ke Yatsrib). Upaya meninggalkan kebiadaban, membangun kehidupan yang berkeadaban dan peradaban kemanusiaan di mulai di kota ini. Rasa empati, tolong-menolong, kebersamaan, tidak membeda-bedakan suku, agama, ras dalam menghadapi dinamika membangun peradaban menjadi semangat penduduk Yatsrib baik dari kaum
muhajirin (urban) maupun
anshar (pribumi). Perlu diketahui bahwa ada berbagai suku, agama dan ras di Yatsrib. Ada suku 'Aus, Khazraj, Quraiza, Nadhir, Qainuqa. Ada Nasrani, Yahudi, Majusi, Atheis dan Muslim yang semuanya hidup rukun. Nabi Muhammad SAW Â melakukan politik tingkat tinggi "persatuan yatsrib" dengan mempersatukan semua suku, agama dan ras yang selama ini sekitar 120 tahun lamanya sering bertikai/berperang dalam sebuah konsensus yang disebut
Mitsaq al-Madinah (Piagam Madinah).
KEMBALI KE ARTIKEL