Mohon tunggu...
KOMENTAR
Lyfe

Mengapa Saya Ber"Ketuhanan"

4 Agustus 2021   11:11 Diperbarui: 2 November 2024   16:59 1214 1
Pembahasan tentang Ketuhanan beragam dari budaya ke budaya. Ada ratusan bahkan ribuan nama untuk menyebut Ketuhanan. Mulai Aah di Mesir sampai Zeus di Yunani. "Ketuhanan" sudah ada sebelum nama-nama untuk menyebut Ketuhanan itu ada. Karena nama-nama untuk menyebut Ketuhanan adalah kata benda yang diciptakan manusia. "Ketuhanan" bukan sekedar kata benda. Karena begitu kita menjadikan "Ketuhanan" itu kata benda kita telah mengurungnya dalam suatu kata dan membatasinya. Keberadaan "Ketuhanan" tidak ada batasan terhadap ruang, waktu, materi, energi dan informasi. Sesungguhnya agama-agama dan kepercayaan di dunia menyembah satu "Ketuhanan" yang sama, namun melalui konsep dan pencitraan mental yang berbeda-beda mengenai-Nya. Hal ini disebabkan kesadaran, persepsi, kemampuan pemahaman dan latar belakang budaya yang berbeda-beda setiap manusia. Walaupun persepsi, kemampuan pemahaman dan latar belakang budaya itu bisa menghasilkan citra bahkan konsep yang berbeda, fitrahnya manusia adalah mengakui ada satu keutuhan/oneness yang sejati (esa : dalam bahasa Sansekerta/echad : dalam bahasa Ibrani/ahad : dalam bahasa Arab) (disimbolkan 1), yang absolute dan infinite dibalik kehidupan alam semesta relative dan finite ini (disimbolkan IxI) serta menjadi esensi dan manifestasi semua (disimbolkan x/~=0). Bila disusun menjadi 0 IxI 1. Bila dibunyikan ini menjadi suara dasar kehidupan. Nama God dalam bahasa Inggris sendiri sebenarnya tidak tepat untuk menyebut satu keutuhan/oneness yang sejati, absolute dan infinite serta menjadi esensi dan manifestasi semua. Karena kata God bisa menjadi Gods (jamak). Sedangkan  satu keutuhan/oneness yang sejati, absolute dan infinite serta menjadi esensi dan manifestasi semua tidak bisa disifati jamak atau disifati seperti satunya smartphone yang mana banyak satu smartphone yang lain. Termasuk kata Tuhan sebenarnya juga kurang begitu tepat untuk menyebut satu keutuhan/oneness yang sejati, absolute dan infinite serta menjadi esensi dan manifestasi semua karena secara etimologi kata Tuhan berasal dari kata 'tuan' bentukan dari bahasa China "to/tau - wang". 'To' atau 'tau' artinya manusia dan 'wang' artinya 'raja' atau 'penguasa'. Jadi, to/tau-wang secara harfiah "manusia penguasa". Sedangkan  satu keutuhan/oneness yang sejati, absolute dan infinite serta menjadi esensi dan manifestasi semua bukanlah bersifat sosok seperti manusia (antrophomorphisme). Karena itu lebih pas menyebut ber"Ketuhanan", bukan Tuhan sosok yang dipandang kebanyakan orang.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun