Pembahasan tentang Ketuhanan beragam dari budaya ke budaya. Ada ratusan bahkan ribuan nama untuk menyebut Ketuhanan. Mulai
Aah di Mesir sampai
Zeus di Yunani. "Ketuhanan" sudah ada sebelum nama-nama untuk menyebut Ketuhanan itu ada. Karena nama-nama untuk menyebut Ketuhanan adalah kata benda yang diciptakan manusia. "Ketuhanan" bukan sekedar kata benda. Karena begitu kita menjadikan "Ketuhanan" itu kata benda kita telah mengurungnya dalam suatu kata dan membatasinya. Keberadaan "Ketuhanan" tidak ada batasan terhadap ruang, waktu, materi, energi dan informasi. Sesungguhnya agama-agama dan kepercayaan di dunia menyembah satu "Ketuhanan" yang sama, namun melalui konsep dan pencitraan mental yang berbeda-beda mengenai-Nya. Hal ini disebabkan kesadaran, persepsi, kemampuan pemahaman dan latar belakang budaya yang berbeda-beda setiap manusia. Walaupun persepsi, kemampuan pemahaman dan latar belakang budaya itu bisa menghasilkan citra bahkan konsep yang berbeda, fitrahnya manusia adalah mengakui ada satu keutuhan/
oneness yang sejati (
esa : dalam bahasa Sansekerta/
echad : dalam bahasa Ibrani/
ahad : dalam bahasa Arab) (disimbolkan 1), yang
absolute dan
 infinite dibalik kehidupan alam semesta
relative dan
finite ini
(disimbolkan IxI) serta menjadi esensi dan manifestasi semua (disimbolkan x/~=0). Bila disusun menjadi 0 IxI 1. Bila dibunyikan ini menjadi suara dasar kehidupan. Nama
God dalam bahasa Inggris sendiri sebenarnya tidak tepat untuk menyebut satu keutuhan/
oneness yang sejati,
absolute dan infinite serta menjadi esensi dan manifestasi semua.
 Karena kata
God bisa menjadi
Gods (jamak). Sedangkan  satu keutuhan/
oneness yang sejati,
absolute dan infinite serta menjadi esensi dan manifestasi semua tidak bisa disifati jamak atau disifati seperti satunya
smartphone yang mana banyak satu
smartphone yang lain. Termasuk kata Tuhan sebenarnya juga kurang begitu tepat untuk menyebut satu keutuhan/
oneness yang sejati,
absolute dan infinite serta menjadi esensi dan manifestasi semua
 karena secara etimologi kata Tuhan berasal dari kata 'tuan' bentukan dari bahasa China "
to/tau - wang". '
To' atau '
tau' artinya manusia dan '
wang' artinya 'raja' atau 'penguasa'. Jadi,
to/tau-wang secara harfiah "manusia penguasa". Sedangkan  satu keutuhan/
oneness yang sejati,
absolute dan infinite serta menjadi esensi dan manifestasi semua
 bukanlah bersifat sosok seperti manusia (
antrophomorphisme). Karena itu lebih pas menyebut ber"Ketuhanan", bukan Tuhan sosok yang dipandang kebanyakan orang.
KEMBALI KE ARTIKEL