Tesis sejarah yang mengidentikkan mahasiswa sebagai
the only effective opposition sudah patut dipertanyakan tatkala dibenturkan dengan realitas sosial yang ada. Mahaiswa yang dulunya sibuk bergelimang dengan pustaka yang menjadi bahan bacaan dalam mengeksplorasi gagasan kritis seperti ide-ide pembebasan, demokrasi, keadilan, kesetaraan, dan kemerdekaan yang menjadi lokomotif lahirnya spirit perlawanan terhadap koloniaslime, kini gugur seperti ditelan angin. Begitu juga mereka yang sangat di identikan dengan rasa solidaritas dan tali persaudaraan yang tinggi membentuk sebuah perhimpunan kedaerahan (seperti dalam catatan sejarah sebelum lahirnya sumpah pemuda ada PPI, jong java, jong ambon hingga lahir perhimpunan budi utomo) rasanya semakin hilang ditelan sejarah. Bahkan tak sedikit dari mereka memilih jalur individual dan tak mau tahu organisasi ali-alih menjamahnya.
KEMBALI KE ARTIKEL