Mohon tunggu...
KOMENTAR
Diary

Opname di Rumah Sakit

30 Juni 2023   06:55 Diperbarui: 30 Juni 2023   16:53 505 13
Opname di Rumah Sakit.

Dalam pemahaman Aqidah Islam, menderita sakit tidak selalu dimaknai dengan musibah. Karena bisa jadi hal itu sengaja diberikan (ditakdirkan) Allah pada hambanya, untuk menguji kesabaran kita.

Agar dengan (sakit) itu, terbuka jalan tobat dari hambanya, kepada Sang Khalik.

Atau Allah berkehendak untuk mengurangi, atau menghilangkan dosa-dosa yang telah dilakukan oleh hambanya...
***

Awal tahun 1971, saya pernah menjalani operasi pengangkatan Amandel atau 'Tonsilektomi'.

Karena setelah di 'diagnosa', ada peradangan yang mengakibatkan bengkak diatas tenggorokan, saat itu saya masih berumur tujuh.

Selanjutnya, selama lima hari opname dirumah sakit PERTAMINA Balikpapan.

Dari prakondisi tiga hari, pasca operasi dua hari, tentunya selalu ditemani oleh orang tua.

Saat itu, operasi pengangkatan amandel masih menggunakan pisau bedah.

Karena teknolgi dengan cara Kauterisasi (memanfaatkan panas), radiofrequency (gelombang ultrasonik), serta Laser, belum umum digunakan.

Maka pasca operasi, masih harus nginap dua hari di Rumah Sakit, untuk pemulihan.

Saya ingat pada saat itu, Ayah dan Ibu selalu menyuapkan eskrim dengan telaten, dan membujuk saya untuk menghabiskannya.

Dengan makan (makan atau minum ya?) es krim, rasa trauma psikis setelah operasi, lambat laun menghilang.

Hati bukan main senangnya, karena selalu disuguhi es krim oleh Ayah-Ibu.

Belakangan diketahui, ternyata minuman yang dingin dan lunak, seperti puding dan es krim, fungsinya untuk membantu meredakan peradangan pasca operasi, sekaligus mempercepat penyembuhan lukanya.

Selama di Bangsal anak-anak, saya juga bermain bersama pasien anak lainnya, dan sering mendengar celotehan mereka.

Celotehan anak-anak saat itu, semua hampir sama, minta dibelikan mainan, ada yang mewek-mewek minta pulang.

Padahal baru satu hari berada dirumah sakit, maklum masih anak-anak.

Tak terduga, dengan berjalannya waktu, limapuluh tahun setelahnya, peristiwa ini berulang.

Tahun 2021 saya di diagnosa oleh dokter, kembali harus menjalani operasi, tapi dibagian lain, dengan sakit yang berbeda.

Dua malam satu hari, untuk prakondisi, dan empat hari pasca operasi, maka genap lima hari.

Ketika dokter menganjurkan saya harus menjalani operasi, hati saya mantap, dan haqqul yakin dengan pertolongan Allah Azza Wajalla.

Sebelumnya saya sudah bersabar dengan penyakit ini, kurang-lebih setahun penyakit ini bersemayam ditubuh saya.

Dengan selalu mengingat sabda Nabi shalallahu alaihi wa alihi wasallam, "Tidaklah seorang muslim tertimpa suatu penyakit, dan sejenisnya, melainkan Allah akan menggugurkan bersama dosa-dosanya, seperti pohon yang menggugurkan daun-daunnya."

Dalil inilah yang menguatkan saya untuk menahan sakit. Sakit yang banyak mengganggu aktivitas saya sehari-hari.
***

Ketika operasi berlangsung, saya ditemani anak wanita yang sudah beranjak dewasa.

Anak semata wayang yang menyiapkan segala keperluan tetek-bengek, sebelum dan sesudah operasi.

Beruntunglah orang tua, mempunyai anak yang taat, dan berbakti seperti anak saya ini.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun