Mohon tunggu...
KOMENTAR
Humaniora

Kesendirian, Mikraj, dan Shalat

28 Juni 2011   05:26 Diperbarui: 26 Juni 2015   04:06 337 0
Di sebuah kebun anggur terlihat seorang lelaki dengan kedua kaki penuh luka. Ia tampak begitu kelelahan. Dari wajah tampannya terpancar gurat-gurat kesedihan yang mendalam. Dengan mata berkaca-kaca ia berguman:

Duh Gusti Allah, kepada-Mu kukeluhkan kelemahanku,
kurangnya dayaku, rendahnya diriku di mata manusia,
Oh Yang Maha Pemurah,
Kaulah Tuhan dari makhluk lemah, Kaulah Tuhanku,
ke mana Kau bimbing aku?
kepada orang jauh yang mendustakan aku?
atau kepada musuh yang kau beri kekuatan melebihiku?

Asal Kau tak murka, aku tak peduli
kemurahan-Mu kepadaku melimpah
aku berlindung kepada cahaya-Mu
yang menerangi gelap, dunia dan akherat.
janganlah kemurkaan-Mu menimpa aku
kepada-Mulah aku menghamba
sampai Engkau puas sesuai kehendak-Mu
tiada yang lebih kuat dari kuasa-Mu.

Lelaki itu adalah Muhammad, Rasulullah saw. Kisah ini terjadi tatkala beliau bersembunyi di sebuah kebun anggur milik Uthbah bin Rabi’ah ketika menghindari kejaran orang-orang Bani Tsaqif, atas hasutan tiga pembesar bersaudara putra Amr bin Umar yaitu Mas’ud, Abdu Yalail, dan Habib. Mereka mengejar-ngejar dan melempari Rasulullah saw ketika beliau bermaksud meminta bantuan Bani Tsaiqf dalam menghadapi orang-orang Mekkah serta menawarkan agama Islam—setelah di Mekkah tidak lagi mendapat perlindungan.

Peristiwa yang terjadi di kota Thaif itu adalah salah satu episode getir dalam pengalaman hidup Rasulullah saw. Beberapa tahun kemudian, ketika beliau ditanya oleh Aisyah, Rasulullah saw menjawab: “Hari-hari hidupku yang paling getir, adalah dulu, ketika di tengah bangsaku, nasibku bergantung pada belas kasih Abdu Yalail.”

Sebelum peristiwa Tha’if, ada beberapa rangkaian peristiwa menyedihkan yang dialami Rasulullah saw. Pertama, pemboikotan total yang dilakukan kaum kafir Quraisy terhadap Bani Hasyim.

Kala itu kaum kafir Quraisy bersepakat untuk memboikot Bani Hasyim dan Bani Abdul Muththalib, kecuali Abu Lahab yang membelot kepada kaum kafir Qurasy. Mereka melakukan bolikot dengan menulis perjanjian (shahifah) yang ditulis oleh Manshur bin Ikrimah bin Amir bin Hasyim. Nota perjanjian itu kemudian digantung di Ka’bah. Adapun isi perjanjian itu adalah:


  1. Mereka tidak menikah dengan wanita-wanita dari Bani Hasyim dan Bani Abdul Muththalib.
  2. Mereka tidak minikahkan putri-putri mereka dengan orang-orang Bani Hasyim dan Bani Abdul Muththalib.
  3. Mereka tidak menjual sesuatu apa pun kepada Bani Hasyim dan Bani Abdul Muththalib.
  4. Mereka tidak membeli sesuatu apa pun dari Bani Hasyim dan Bani Abdul Muththalib.
KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun