Mohon tunggu...
KOMENTAR
Cerpen Artikel Utama

[Kartini RTC] Gadis Tomboy

20 April 2015   12:22 Diperbarui: 17 Juni 2015   07:53 165 7

Tak ada kata air mata di benaknya, itu satu prinsip yang didekap eratnya, meski dia adalah wanita, tidak nampak jua jiwa kelembutannya. Dan bila dilihat dari penampilan luarnya, manis memang manis tapi judes adanya. Namun yang namanya wanita tidak akan lepas dari kodratnya, sekian lama di terpa segala keras dan derita kehidupan di usia jelang 40 tahunnya segalanya luluh jua, tumpahlah segalanya.
--
Tuti Aspirencia nama yang berbelopotan warna kelam, hitam karena si Ayah memberi nama lantas meninggalkannya, membiru karena setiap ia menuliskan namanya sendiri, seperti ada amukan rasa antara benci dan rindu akan kasih sayang seorang Ayah.
Hidup dengan keprihatinan bersama seorang Ibu yang begitu kokoh membanting tulang, sebagai buruh cucian di kampung-kampung,  menerpa si Tuti dalam kehidupan diantara suka tentu saja banyak duka deritanya.
Satu cermin lekat saat masa kanak-kanak, dimana para ortu masih getol menghantar anak-anaknya ke Sekolah, si Tuti kecil sering diterpa ejekan teman-temannya.
“ Tut.. mana bapakmu kok ngga pernah ngantar kamu ? “
“ Hai..  kamu ngga punya Bapak ya ? “
Kalimat-kalimat yang mengiris hatinya, namun tidak akan pernah ada air mata.
“ Tidak “ kata itu yang dia pupuknya hingga satu titik kepribadiannya mengental, tersalurkannya di kegiatan karateka dimana yang semula satu niatnya utamanya hanya untuk menghadang keusilan teman-teman sekolahnya, terutama yang sering meledeknya.



Hingga satu cerita tak kala dia duduk di kelas 2 SMP, ada satu gank cowok di sekolahan yang selalu mengusiknya, puncaknya usai si Tuti di nobatkan sebagai Putri Kartini saat peringatan hari Kartini di sekolah, ketua gank sudah menghadang tepat berada di depannya, sedang hampir seluruh teman sekolah mengelilingi ke duanya. Ilmu bela diri yang telah dia dipunyai, tidak membuatnya ciut nyali.
Tidak ada kuda-kuda yang tidak bisa di jatuhkan, keseimbangan adalah jalan keluar, hanya itu yang bergeolak di hati si Tuti tiada sedikitpun ciut nyali.
Ditatapnya dengan lantang si cowok ketua Gank itu, hanya andalkan kesombongan dan begitu lah keangkuhan melenakan pertahanan, sejatinya kedua kaki si cowok itu rapuh berdiri, di jinjing kain  kebaya sekali tendang dan tertebaslah kaki lawan, tersungkurlah cowok sok jagoan itu itu dan langsung diterkam, tindih dan  di gencet dengan tubuhnya dengan tangan mencekik leher. KO !!!



Dua kesuksesan Tuti raih hari itu, jangan anggap remeh wanita, kekuatannya bisa mjauh melebihi pria,  jangan lecehkan segala asesoris dan pakaian jean belel yang selalu melekat di ramping tubuhnya, juluk tomboy yang melekatnya, saat kain budaya menyelimutinya, dia sejatinya tetap wanita begitu anggun adanya.




Dari rasa benci dan rindu sosok sang Ayah, Tuti mampu melangkah di hal sisi dampak positif pelampiasannya. Menjelma jadi Karateka yang handal dimana  di setiap kejurda bahkan kejernas dia mampu jadi jawara, diapun mampu biayai sekolahnya hingga Sarjana.
Pelampiasan yang benar-benar lahirkan bintang, anti cowok hampir disepanjang masa lajangnya hingga di usia jelang angka 4, ada perjaka yang mampu meluluhkannya, seorang seniman sejati dengan tulus dan kasih mengungkap “ kaulah segalanya “.
Tutipun terhanyut dan menerima cinta pertamanya tentunya dan menerima lamarannya.
--
“Sayaaang… kenapa menangis ? Adakah kau sedih dan menyesal jadi istriku ? “ sentuhan dan ucapan lembut sang Arjuna membuyarkan lamunan di depan cermin kamar pengantin.
Dia berbalik dan dekap erat sang penakluk dan penyejuk jiwa.
Air mata dibiarkan membanjiri ruang jiwa. Tak aka nada cerita masa lalu, kelam masa dibalik punggung telah terhempas dalam lautan kebahagian, tersongsong jelang hari esok yang lebih baik.
DKSH.


--00O00--
DKSH : Damai Kami Sepanjang Hari




Untuk melihat karya peserta lain, silahkan mengunjungi : Event Kartini - Rumpies The Club

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun