Jika kita melihat kehidupan sehari-hari, kita bisa melihat bagaimana minat mendorong kita untuk terus belajar dan berkembang. Misalnya, anak yang menyukai musik cenderung lebih mudah mempelajari instrumen atau teori musik. Bukan karena mereka lebih pintar, tapi karena ada hasrat yang mendorong mereka untuk menggali lebih dalam. Minat itulah yang menjadi "bensin" di mesin belajar mereka.
Namun, ada juga yang berpendapat bahwa minat hanyalah elemen pelengkap. Artinya, tidak semua yang diminati anak harus dijadikan dasar untuk berdiferensiasi dalam belajar. Mereka beranggapan bahwa standar pendidikan seharusnya sama bagi semua, agar tidak ada yang merasa diistimewakan atau dirugikan.
Tapi, coba kita lihat lagi dengan lebih dekat. Dalam dunia nyata, manusia tidaklah seragam. Kita punya bakat, minat, dan cara belajar yang berbeda-beda. Bahkan dalam karier, banyak orang memilih jalan sesuai minat mereka, entah itu menjadi seniman, ilmuwan, pengusaha, atau guru. Minat sering kali menjadi kompas yang membantu seseorang menemukan arah hidupnya.
Bayangkan jika di sekolah, anak-anak hanya dipaksa mengikuti satu kurikulum kaku tanpa ruang untuk mengeksplorasi minat pribadi. Bisa jadi mereka merasa terjebak dalam rutinitas yang monoton, dan akhirnya kehilangan motivasi untuk belajar. Dalam jangka panjang, dampaknya bukan hanya pada prestasi akademik, tapi juga pada kemampuan mereka untuk menemukan jati diri dan potensi sejati.
Di sinilah peran penting diferensiasi belajar. Dengan membiarkan siswa mengikuti minat mereka, kita tidak hanya membiarkan mereka "senang-senang", tapi juga membantu mereka menemukan cara belajar yang paling efektif untuk mereka. Dalam konteks ini, minat menjadi semacam katalis yang mempercepat proses belajar, karena ketika seseorang berminat pada sesuatu, mereka akan lebih fokus, tekun, dan siap menghadapi tantangan.
Namun, ini bukan berarti kita mengabaikan kebutuhan akan disiplin dan tanggung jawab. Minat memang penting, tapi tetap perlu diimbangi dengan kemampuan dasar yang harus dikuasai setiap siswa. Idealnya, sistem pendidikan yang baik adalah yang bisa menyeimbangkan antara memberi ruang untuk minat, sekaligus memastikan setiap siswa mendapatkan dasar pengetahuan yang kuat.
Kesimpulannya, ya, minat bisa menjadi alasan berdiferensiasi dalam belajar. Bukan sekadar alasan dangkal, tapi sebagai cara untuk menciptakan pengalaman belajar yang lebih bermakna dan personal. Ketika minat dihargai dan dijadikan bagian dari proses pendidikan, hasilnya adalah individu-individu yang lebih siap menghadapi tantangan hidup, dengan bekal pengetahuan yang mereka dapatkan melalui jalan yang benar-benar mereka minati.