Saat ini saya ingin kita bisa menyempatkan diri sejenak untuk menolehkan pandangan mata, hati dan pikiran kita ke sudut lain tentang lakon cerita makhluk Tuhan yang berbeda.
Lantas apa hubungannya dengan judul lagu diatas?
Sahabat sekalian, saya baru saja tersadar setelah mengikuti seminar dan workshop yang diselenggarakan oleh DD kemarin. Kesadaran yang muncul dibenak saya tentang sebuah lakon makhluk tuhan yang lain yang juga hidup bersama-sama kita di planet bumi ini. Sebuah lakon cerita yang tidak berlebihan kalau saya sebut “Mahluk Tuhan yang Paling Menderita”. Mirip dengan judul lagu diatas, tapi dengan angle karakter jauh antara bumi dengan langit. Ya, begitulah kesimpulan yang “terpaksa” saya tarik setelah menyelami lebih dalam sisi-sisi cerita kehidupan para penderita kusta. Saya yakin kita pasti sudah sangat akrab dengan jenis penyakit yang satu ini. Anak-anak sekolah dasar pun juga tidak kalah sudah dikenalkan dengan pengetahuan tentang kusta. Tapi tahukah kita bagaimana efek penyakit kusta ini mempengaruhi kehidupan penderitanya?
Sahabat, kusta adalah penyakit yang tidak saja merenggut nikmat sehat penderitanya, tapi yang lebih parah dari itu para penderita kusta dipaksa harus menerima kenyataan bahwa mereka tercerabut dari kehidupan sosial mereka. Hak-hak asasi yang melekat sejak manusia dilahirkan, satu persatu perlahan terlepas akibat stigma negatif yang berkembang di masyarakat. Begitu banyak cerita yang menambah duka lara diungkapkan oleh para mantan penderita kusta akibat ketidaktahuan masyarakat. Mulai dari stigma yang mengatakan mereka adalah (maaf) manusia terkena kutukan. Naudzubillah. Ada yang dibuang oleh keluarganya karena takut tertular dan terpaksa harus hidup dikandang hewan, ada juga yang ketika meninggal tidak ada orang yang mau mengurus jenazahnya. Cerita lain tentang penderita yang tidak boleh bergaul di masyarakat sehingga mereka menjadi terkucilkan dari kehidupan sosial, tidak diterima bekerja, dan lain sebagainya.
Lantas, adakah cerita tentang anak Adam yang lebih memprihatinkan daripada kondisi yang mereka alami?
Saya sama sekali bukan bermaksud berlebihan apalagi mendramatisir. Tap inilah realita paling tragis yang saya temukan dalam kehidupan ini. Dan sekali lagi, realita ini terbentuk oleh karena ketidakpahaman masyarakat. Merupakan tanggungjawab kita bersama pula untuk memulihkan hak-hak mendasar mereka. Jangan sampai kita menambah beban penderitaan yang mereka alami.
Sahabat, dari sisi medis kusta adalah penyakit menular yang paling sulit menular. Peluang terinfeksi pun sangat kecil, yakni kurang dari 1/10.000 jiwa. Fakta lain yang perlu diketahui bahwa penyakit kusta hanya menyerang saat imunitas seseorang dalam posisi yang sangat rendah. Itulah sebabnya kenapa hampir seluruh penderita kusta adalah berasal dari masyarakat golongan bawah yang jarang mendapatkan asupan gizi memadai untuk memperkuat imunitas mereka. Bagi kita yang rata-rata masih bisa makan 3x sehari dengan asupan nutrisi yang memadai, maka bersyukurlah dan buanglah jauh-jauh kekhawatiran kita terhadap saudara-saudara kita yang menderita kusta.
Hari ini, bertepatan dengan 25 Januari 2012 merupakan hari yang sudah diproklamirkan sebagai Hari Kusta Internasional. Sebagai wujud kepedulian untuk merehabilitasi hak-hak komunitas penderita kusta, Dompet Dhuafa bersama sejumlah LSM peduli kusta lainnya mendeklarasikan berdirinya Forum Masyarakat Peduli Kusta Nasional. Dengan menggalang sinergi dari Pemerintah, Pelaku Bisnis dan Masyarakat untuk melakukan kampanye tentang penyakit kusta, kita berharap masih ada ruang harapan bagi saudara-saudara kita untuk mengukir kembali senyum mereka ditengah penderitaan yang dialami.
Mari berikan doa dan dukungan kita untuk gerakan ini agar “Jangan lagi ada kusta diantara kita”
Hmmmm….. mirip dengan judul lagu lagi nih ^^