Mohon tunggu...
KOMENTAR
Sosok

Tanpa Ibu, Bukan Berarti tak Hidup

16 Januari 2025   18:34 Diperbarui: 16 Januari 2025   18:34 48 0
Tezar , seorang pria kelahiran 27 Januari 2002 yang sekarang sedang berprofesi sebagai karyawan sebuah perusahaan swasta. Tezar ditakdirkan untuk menjadi pejuang dalam hidupnya.

Tezar lahir dari sepasang orang tua yang bahagia. Dari masa kelahiran hingga usia balita, Tezar merupakan anak yang disayangi. Cinta dari kedua orang tua telah melengkapi hidupnya pada masa itu. Namun, hidup ternyata tidak selalu berjalan baik layaknya kereta yang selamat mencapai tujuan akhir. Saat Tezar memasuki usia 6 tahun, kedua orang tuanya berselisih paham dan berbeda pendapat sehingga berujung pada perceraian.

Tezar kemudian diasuh oleh ibunya sendiri. Pada awalnya, Tezar belum bisa mencerna apa yang terjadi. Ke mana cinta yang sebelumnya selalu melengkapi? Ibu yang sangat mencintainya tidak menjawab pertanyaan di dalam kepala Tezar dengan kata-kata, melainkan dengan segala perjuangan dan pengorbanannya.

Ibu Tezar membuka sebuah toko kelontong, atau biasa dikenal "warung." Dengan usaha kecilnya itu, ia selalu berupaya mencukupi segala kebutuhan Tezar, menyediakan makan malam yang hangat, mendaftarkannya ke sekolah ternama, hingga selalu mengupayakan bahkan mengadakan segala kemauan Tezar yang dia akui itu bukan kebutuhannya.

Tezar adalah seorang anak yang berbakti. Ia membalas cinta ibunya dengan segala bentuk terima kasih yang bukan hanya diucapkan, namun dengan segala cara yang bisa ia lakukan untuk ibunya. Menginjak bangku SMP, ibunya tidak muda lagi, mengingat beliau melahirkan Tezar di usia yang terbilang tua, di usia yang memasuki 50 tahun berjalan.

Tezar mulai merasa ada yang tidak biasa dalam hidupnya. Pada saat itu, ia melihat teman-teman sebayanya memiliki orang tua yang lengkap dan masih terlihat segar. Pada saat itu, ibu Tezar mengalami penyakit yang bisa terbilang wajar terjadi di usia tua, namun tidak menyebutkan penyakitnya secara spesifik.

Tezar menolak apa yang sedang terjadi dalam hidupnya. Di saat teman-teman sebayanya bermain sepulang sekolah, Tezar harus pulang untuk merawat dan mengantar ibunya untuk berobat. Di balik segala rasa kesal dan keluh kesah tentang ibunya, Tezar selalu menghormati dan bersikap baik di depan ibunya.

Seperti yang sudah ditulis sebelumnya, ibunya selalu berupaya untuk mendaftarkan Tezar ke sekolah terbaik. Lalu tiba hari pengambilan rapor terakhir di sekolahnya. Tezar bersekolah di sekolah swasta bergengsi pada saat itu. Di saat semua orang tua mengenakan pakaian terbaik dengan mobil-mobil pribadinya, pada saat itu tidak ada rasa malu atau takut. Tezar menjemput ibunya dengan sepeda motor, dan dengan bangga mengenalkan ibunya kepada teman-temannya. Namun, di dalam hatinya, penolakan tentang keadaannya masih ada.

Masuk ke bangku SMA, Tezar mendapatkan nilai yang cukup memuaskan di masa SMP-nya, sehingga ia diterima di salah satu SMK Negeri bergengsi di Cirebon. Selama menjalani masa itu, rutinitas Tezar masih sama. Ia mengantar ibunya berobat rutin, bahkan di beberapa waktu, ia menemani ibunya rawat inap selama beberapa malam.

Kegiatan Tezar untuk merawat ibunya tidak menghadang aktivitasnya sebagai seorang siswa. Kali ini Tezar tidak terpaku dalam urusan akademik. Tezar aktif di tengah lingkungan pertemanannya dan dikenal oleh banyak siswa, bahkan para alumni. Pada saat itu, Tezar aktif memimpin suporter sepak bola di sekolahnya. Setelah banyak waktu berlalu, Tezar mulai terbiasa, merenung, dan menerima keadaannya.

Pada saat bangku SMA ini, kejadian yang dikatakan oleh narasumber bahwa kejadian ini mengetuk dan mengutuk dirinya di waktu yang sama, ibunya meninggal dunia.

Tezar merasa sangat menyesal. Semua keluhan dan penolakannya terasa tidak pantas ia rasakan, suatu hal yang harusnya dari awal ia selalu syukuri dan jalani dengan ikhlas. Ia sadar bahwa hidup dengan ibunya jauh lebih baik dibandingkan dengan apa yang dia alami saat ibunya tiada.

Keadaan yang "mengutuk" Tezar diredakan oleh teman-temannya yang merangkulnya pada saat itu. Tidak perlu waktu lama baginya untuk bangkit dan menerima ketukan itu. Hatinya yang terketuk telah terbuka dan mendapat banyak pelajaran. Beliau mengatakan bahwa prasangka kita terhadap Yang Maha Kuasa mampu mengubah sudut pandang kita, dan sudut pandang kita yang dapat mengubah cara hidup kita.

Kondisinya yang sudah tidak memiliki seorang ibu bukan menjadi alasan untuknya bermalas-malasan dan mendapat rasa iba dari kerabat-kerabatnya. Setelah Tezar lulus dari SMK, ia menyebarkan CV untuk mencari pekerjaan.

Tezar sudah menjadi orang yang baru dengan cara pandang yang baru. Tidak lama setelah ia mencari pekerjaan, akhirnya ia diterima di salah satu perusahaan swasta. Tezar menjadikan pekerjaannya sebagai sebuah tanggung jawab, bukan sekadar untuk mengisi waktu atau formalitas. Tidak jarang Tezar juga mengisi lembur dan menghasilkan kinerja yang memuaskan.

Tezar yang telah berusaha hingga titik ini akhirnya telah mencapai pencapaian yang membuatnya puas dan memberi kebahagiaan untuknya. Pada akhirnya, ia berhasil memiliki penghasilan sendiri dan bisa menyisihkan penghasilannya untuk berbagi.

Ia berpesan bahwa setiap kejadian yang terasa "mengutuk," selalu terdapat ketukan di dalamnya. Bukalah ketukan itu, karena terdapat banyak pelajaran di dalamnya.

Tezar yang sekarang menjalani hidup dengan sudut pandang yang baru, yang selalu bersyukur dengan keadaannya, dan merasa puas dari setiap yang telah ia tanam. Ia mempertegaskan bahwa dua kata yang membuatnya tetap hidup hingga saat ini yaitu "tanggung jawab," hal yang seharusnya diingat dan diamalkan oleh setiap manusia. Segala hal yang ia dapat saat ini, sebagian besar ia dapatkan setelah membuka ketukan dari setiap kejadian yang "mengutuk." Isi di dalamnya membantu Tezar menyelesaikan masalah dengan dirinya.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun