Mohon tunggu...
KOMENTAR
Sosbud

Ngabar, Keilmuan Tanpa Batas

4 Agustus 2014   23:45 Diperbarui: 18 Juni 2015   04:25 19 0
Tak terasa waktu sudah berjalan jauh meninggalkanmu,  menggeser pada segi kehidupan yang lain. 20 tahun lalu tepatnya. Hiruk pikuk lalu lalang santri sibuk kesana kemari, dengan dandanan khasnya (baju masuk, sarung dan gesper, tak lupa papan nama yang selalu menyelip dibaju).Hari itu datanglah seorang yang lugu, manis dan sederhana bersama orang tuanya yang sudah mantap untuk mempercayakan pendidikan anaknya ditempat itu. Lembaga pendidikan yang jauh dari hiruk pikuk kota, namun sangat nyaman bagi santri yang datang dari kota seperti jakarta, medan, bandung, surabaya tentunya.Ngabar, begitulah bapakku menyebutnya. Siang itu aku didaftarkan masuk ke pondok yang lengkapnya bernama pondok pesantren walisongo ngabar ponorogo.Sore itu, air mata jatuh memenuhi seluruh kelopak mataku saat orang tuaku meninggalkanku, serta menitipkanku kepada ustad Rofiq dan Darmawan. Haripun terasa berat karena malam itu aku tidur diatas tikar yang baru, selimut yang baru, bantal yang baru namun tanpa ditemani orang tua disisiku. Masih teringat jelas bayangan orang tuaku beranjak meninggalkanku menuju ke daerah asalku puncu kediri. Sebuah desa yang asri, tenang damai, serta menggantung kebutuhan airnya dari lereng kelud..

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun