Hujan hampir usai. Â Tinggal rintik yang ritmik mengiringi langkah Diah. Â Dan cowok yang dari tadi mengiringi jalan Diah. Â Waktu itu, tebu masih belum tua benar. Â Masih setinggi dada Diah. Â Sedang ranum-ranumnya. Â Orang di kota kelahiran Diah sering menganggap tebu dalam usia itulah yang paling enak dimakan. Â Bukan dimakan sebetulnya, tapi diisap sarinya. Â Tebu tak pernah dimakan, diisap sarinya dan dibuang ampasnya. Â Setiap isapan akan melambungkan hayalan. Â Lebay ya?
KEMBALI KE ARTIKEL