Baginda Raja menginginkan Putra Mahkota segera menyelesaikan belajarnya di Padepokan Mpu Bandaralaga. Â Karena, Putra Mahkota tak akan bisa menjadi raja, jika pada saatnya kelak dia belum juga mengantongi ijazah kelulusan dari padepokan Mpu Bandaralaga.
Otak Putra Mahkota memang agak lelet. Â Tidak seperti bajaj, memang. Â Tapi juga belum mampu menyelesaikan pendidikannya tepat waktu. Â Sudah begitu, Putra Mahkota lebih suka berkeliling kerajaan untuk melihat kehidupan rakyatnya.
Mpu Bndaralaga memang kalau Putra Mahkota bisa belajar dari rakyatnya. Â Raja yang baik adalah raja yang tahu betul denyut kehidupan rakyatnya. Â Kalau istilah Putra Mahkota sendiri, dia ingin seperti cacing. Â Cacing tahu betul habitat hiduonya karena cacing selalu berada di tengah-tengah habitatnya.
Baginda Raja marah saat mendnegar alasan Putra Mahkota yang belum juga mampu menyelesaikan sekolahnya. Â Baginda Raja memanggil Mpu Bandaralaga agar sekolah Putra Mahkota dipercepat. Â Segala ujian dimudahkan. Â Mpu Bandaralaga menyanggupi titah rajanya. Â Semua ujian Putra Mahkota diluluskan, bahkan dengan nilai yang cukup mencengangkan.
Putra Mahkota tahu siasat itu. Â Putra Mahkota marah kepada ayahnya Baginda Raja. Â Karena Baginda Raja telah melakukan tindakan tidak jujur. Â Raja tidak seharusnya begitu. Â Apalagi janji untuk jujur adalah janji waktu setiap raja disumpah.
Putra Mahkota minggat dari istana. Â Pergi ke sebuah dangau. Â Pada saat itu, datanglah putri cantik anak pemilik kebun. Â Putri pemilik kebun pun kaget saat melihat ada Putra Mahkota ada di tangah dangaunya.
Putri itu ingin mengabarkan berita ini kepada penduduk desanya. Â Putra Mahkota melarangnya. Â Putra Mahkota memesan pakaian yang sudah jelek milik ayah atau saudara laki-laki dari putri pemilik kebun.
Setelah memakai pakaian dusun yang dipinjam dari kakak laki-laki putri pemilik kebun, putra Mahkota pergi ke kampung. Â Membantu orang kampung dalam menyelesaikan setiap masalah.
Salah satunya, ketika Baginda Raja hendak membangun jalan kerajaan. Â Jalan itu melewati tanah penduduk dusun. Â Sehingga penduduk dusun merasa keberatan.
Putra Mahkota pergi ke kerajaan untuk memprotes tindakan raja. Â Pada saat itu pula, raja mengenali kalau pemuda dusun itu adalah putranya. Â Maka, ia pun membuat perjanjian. Â Raja taka akan menggusur tanah warga dusun jika Putra Mahkota mau menjadi raja.
Putra Mahkota menyetujuinya. Â Putra Mahkota kemudian menjadi raja. Â Tapi, ia menjadi raja yang jujur. Â Setiap hendak tanda tangan surat keputusan, Baginda Raja Baru di kerajaan Lembasari selalu membaca isi surat keputusan yang diketik oleh bawahannya. Â Ia takut kalau sampai terjadi peristiwa di sebuah kerajaan lain, saat rajanya asal paraf saja kepada surat keputusan yang diajukan bawahannya. Dan ternyata surat keputusan itu berisi tentang uang muka pembelian kuda untuk para pejabat sehingga raja kerajaan sebelah itu dikecam oleh rakyatnya sendiri bahkan dikecam pula oleh koran-koran berbahasa asing. Â Kasihan, kan?