Jokowi harus mampu mengubah mental yang sepertinya biasa ini. Tapi pada dasrnya sudah terlalu berurat berakar di bawah sadar setiap rakyat negeri ini yang selalu dan akan selalu menganggap sampah itu bukan urusan gue. Sampah itu urusan tukang sampah.
Mental seperti tercermin pada sampah monas juga banyak terlihat menjadi habitus rakyat negeri ini. Memakai listrik asal bisa bayar. Membuang-buang pemakaian bensin karena sudah bisa beli walau pakai subsidi. Persoalan politik dianggap sebagai persoalan elite dan rakyat tinggal tidur pulas. Dan masih banyak lagi.
Pak Presiden harus benar-benar mengubah mental dasar ini. Rakyat yang tak peduli pada politik sudah mulai hingar bingar politik. Rakyat mau terlibat dan meminta dilibatkan. Tidak hanya menunggu, bahkan dalam peristiwa UU Pilkada, rakyat sudah berani merebut hak-hak politik yang sudah dikangkangi para elite yang berpikir cupet.
Sampah harusnya bercermin pada demonstran di Hongkong. Tak ada persoalan sampah di sana. Karena mereka tak pernah merasa dan ditanamkan perasaan bahwa urusan sampah hanya merupakan urusan tukang sampah belaka. Sampah di Hongkong sudah menjadi masalah bersama. Satu sampah akan diambil siapa pun sehingga tak akan muncul problema sampah menggunung seperti di Monas hari ini.
Segala yang ada dalam kehidupan ini harus menjadi maslah bersama dan membutuhkan kebersamaan untuk menyelesaikannya. Jokowi sebagai presiden harus menjadi komandan yang mampu menggerakkan kebersamaan itu.
Negeri yang dikelola dalam keberlibatan mendalam para warganya akan muncul sebagai negera yang kuat, besar, dan berehergi tanpa batas. Kita pemilik syah negeri ini. Mari kita jaga dan kelola bersama. Jangan biarkan siapa pun, apalagi mereka yang kita anggap wakil kita malah petakilan merebut hak kita dengan alasan yang dirasional-rasionalkan.
Mari...!