"Dari kapan?" tanya seorang pejalan kaki kepada Tukang Mi yang mangkal dekat rumah laki-laki itu.
"Mungkin lima hari yang lalu," jawab Tukang Mi sambil mengelap mangkuk yang baru dicuciny di ember yang airnya sudah mulai keruh.
Tadinya tak ada yang peduli dengan laki-laki yang berdiri lama di dekat jendela itu. Tadinya, orang akan mengira kalau laki-laki itu sedang menunggu seseorang yang akan memberinya kabar penting hari itu.
Tapi, hingga lima hari laki-laki itu terus berdiri. Di dekat jendela yang sama. Sekan tak pernah merasa haus atau lapar. Karena kabar yang dinantinya lebih penting daripada segelas air minum atau sepiring nasi.
"Kasihan," kata Tukang Mi sambil meletakkan mi ke mangkok yang di satu sisinya masih terlihat ada kotorannya.
Semua orang yang sedang menikmati mi mengangguk setuju dengan kata-kata tukang mi. Lalu salah seorang bertanya, "Kenapa dia setia menunggu di dekat jendel?"
"Kabarnya, dia memang sedang menunggu berita. Berita yang sangat penting," lanjut tukang mi.
"Kabar apa?"
"Katanya mau diangkat menjadi menteri."
"Terus kenapa dia seperti menanggung kecewa yang tak tertahankan?"
"Karena namanya ditandai stabilo merah oleh KPK."
"Berarti dia gagal menjadi menteri?"
"Tapi dia masih menunggu berita resminya."
"Kan kabinet diumumkan hari ini."
"Dan besok dia pasti sudah bunuh diri."
Besoknya terbetik berita kalau laki-laki yang berdiri lama di dekat jendela sudah tak lagi. Dia sudah membuka jendela dan terjun dengan duka yang tak tertahankan lagi olehnya.
SELAMAT BEKERJA UNTUK KALIAN YANG TERPILIH MENJADI MENTERI