Mohon tunggu...
KOMENTAR
Sosbud Pilihan

Pemikiran Tak Bisa Dipenjara

23 Desember 2014   05:40 Diperbarui: 17 Juni 2015   14:40 15 0
Batas ruang dan waktu sudah hilang. Dan, pemikirannya bisa lepas dari konteksnya. Era tanpa tapal batas ini telah meruntuhkan formalisme dan serimonialisme komunikasi. Hubungan antar manusia terjalin melalui bilik-bilik terkecil dari ruang telekomunikasi. Berkat media sosial, komunikasi antar manusia dengan segala kemajuan kebudayaan dan peradabannya, dengan sangat mudah terjalin. Yang jauh menjadi dekat, dan yang dekat nenjadi lebih dekat lagi.
Di balik tembok penjara KPK, Anas Urbaningrum secara rutin menyebarkan pemikirannya. Terkadang di www.suratdarianas.com, www..republika.co.id, www.koran-sindo.com, dan seterusnya. Ini membuktikan bahwa tembok tebal penjara tak bisa mengucilkan Anas dari publik. Memang badannya dipenjara, akan tetapi pemikirannya tetap bebas merdeka.
Anas bukan tokoh pertama yang menginkubasi pemikirannya di ruang sempit penjara, banyak tokoh besar melahirkan pemikiran besar di balik jeruji. Sebut saja, Bung Karno dengan "Indonesia Menggugat", Tan Malaka dengan "Dari Penjara Ke Penjara", Buya Hamka dengan "Tafsir Al-Azhar", dan masih banyak lagi. Rupanya, Anas juga mengikuti jejak para tokoh tersebut dalam mengembangkan dan menyebarkan pemikirannya ke khalayak umum.
Saya secara rutin mendapatkan share link dari teman. Link yang memuat pemikiran Anas. Dan, saya juga secara rutin membacanya. Anas bagi saya dan kader-kadar HMI yang lain mungkin, bak "lilin" yang menerangi ruang sekitarnya, dan dia sendiri terbakar habis demi menerangi yang lain. Sebuah pengorbanan yang tak terkirakan di abad modern ini.
Oleh karena itu, berbagai aturan yang membatasi tahanan KPK, termasuk mengakses informasi melalui tv, hp, internet, koran, majalah dan lain sebagainya, tak efektif untuk "mengasingkan" Anas dari pergumulan wacana publik yang sedang hangat dan banyak dibicarakan orang. Pemikiran Anas senantiasa menembus blokade penjara fisik, keluar lepas bebas merdeka mewarnai wacana publik.
Anas adalah public figure yang menjalani tahanan, yang secara aktif dan intensif mengshare pemikirannya pada publik. Layaknya, Anas masih di luar. Ini sekali lagi adalah bukti, tak ada satupun kekuatan di dunia ini yang bisa memenjara pemikiran manusia, hatta KPK sekalipun. Sebab, pemikiran adalah manifestasi yang asali dan abadi dari keberadaan manusia. Pemikiran adalah perangkat lunak dari kebudayaan dan peradaban manusia di muka bumi.
Ada ungkapan falsafi yang sangat populer, "Cogito ergo sum" (saya berfikir, maka saya ada). Ungkapan Descartes, filosuf Prancis ternama ini, menunjukan keberadaan manusia pada pemikirannya. Jadi, pemikiranlah yang membuat manusia ada. Tentu ada dalam pengertian, makna hidup bagi prikehidupan manusia di muka bumi. Tanpa pemikiran, maka manusia tak ada nilai. Manusia sama persis dengan hewan yang lain.
Dalam Ilmu Mantiq, Imam Al-Ghazali, menyebut "al-insanu hayawanun nathiq" (manusia adalah hewan yang berakal). Jadi, pemikiran dalam perspektif Ghazalian, bukan sekadar petunjuk keberadaan semata, melainkan lebih dari itu, pembeda dengan makhluq ciptaan yang lain. Akal sebagai medium yang memproduksi pemikiran, yang menjadi nilai lebih manusia daripada makhluq ciptaan yang lain.
Kendatipun manusia didesain sebagai ahsana taqwim (sebaik-baik bentuk makluq ciptaan), bisa nilainya sama, bahkan lebih rendah daripada binatang melata sekalipun, lantaran manusia sudah tak menggunakan akal fikirannya. Banyak manusia terjerembab dalam prilaku hewani yang memperturutkan hawa nafsu dan angkara murka.
Saya menyakini Anas faham betul, soal keberadaan, makna, nilai lebih dan pembeda manusia dengan sesama manusia sekalipun, juga dari pemikirannya ini. Sehingga, dengan segala keterbatasan yang dimiliki sebagai tahanan KPK, Anas berusaha keras, cerdas, waras, tuntas dan ikhlas mengembangkan dan menyebarkan pemikirannya ke publik, hatta dengan tulisan tangan pun.
Tanpa komputer, tanpa hp, dan tanpa alat komunikasi yang lain, Anas membuktikan bahwa ia masih ada, masih bermakna, masih bernilai dan berbeda dengan tokoh-tokoh yang lain yang dijerat KPK. Anas adalah tahanan kritis yang terus berjuang untuk diri dan bangsanya melalui pemikiran yang cerdas dan brilian di bidang sosial dan politik. Semoga panjang umur dan sehat selalu Kanda. Amien.
*Bahan Kuliah Umum di RAK HMI Cabang Jember Komisariat Sunan Ampel, Minggu, 21 Desember 2014
**Moch Eksan, Presidium Majlis Daerah KAHMI Jember, dan Anggota DPRD Propinsi Jawa Timur.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun