Mohon tunggu...
KOMENTAR
Money

Indonesia Mobile Advertising: “Beberapa Catatan Kaki...Ku”

20 Januari 2011   10:11 Diperbarui: 26 Juni 2015   09:21 296 0
MELURUSKAN BEBERAPA "MINDED"

Penulis ingin memaparkan pengalaman yang terjadi sejak 2005 - 2010 ini, semoga bisa bahan bertukar pikiran sehingga industri mobile advertising bisa meningkat bahkan go international. Tujuannya mengurangi hambatan-hambatan pemikiran yang menunda keputusan terutama untuk memanfaatkan mobile advertising :

TECHNOLOGY  MINDED :

Pada periode tahun 2006 - 2009, penulis banyak bertemu dengan beberapa pihak di Indonesia seperti pengiklan, advertising agency, operator, yang penulis simpulkan lebih berkonsentrasi pada kecanggihan teknologi untuk mobile advertising. Terutama di tahun 2006 -2007 banyak membicarakan kemampuan blackberry yang penggunanya pada saat itu baru puluhan ribu atau bahkan apple dan yang pada saat itu handphone saja belum tiba.

Singkat kata, menurut hemat penulis Mobile advertising tetap pakemnya adalah advertising bukan mobile devicenya ataupun teknologinya. Prinsip dasarnya adalah REACH bukan SOPHISTICATEDnya. Kecanggihan tersembunyi dalam server pengolah data iklan maupun kompatibilitas bukan di kecanggihan mobile device pengguna. Makin canggih dan sulit makin sedikit REACHnya, tidak bermanfaat untuk advertising. Mobile Analytic & Mobile Metric-lah yang menjadi panglima.

Bukti lain adalah fenomena Admob, Buzzcity dan beberapa mobile media network lainnya bergerak dengan menggunakan mobile platform yang paling besar REACHnya bukan SOPHISTICATEDnya yaitu pada platform wap atau dikenal juga dengan mobile internet. Padahal saat itu wap sangat dilecehkan oleh para stakeholder. Rata-rata memulai pada tahun 2005, selama 2 tahun beroperasi, industri mobile advertising dunia tiba-tiba pada awal 2007 dikagetkan dengan newsletter Admob bahwa indonesia berada di posisi 5 besar penyumbang klik, maret 2008 bahkan menjadi no 2 di dunia.

Rasanya perlu dikemukakan disini bahwa :

"The core of Mobile Advertising is advertising itself not the Mobile Technology"

CRITICAL SUCCESS FACTOR :

Pelaku Industri selalu berharap ada key success factor baik dalam level bisnis maupun implementasi. Perlu diingat Key Success factor biasanya untuk industri atau bisnis yang sudah mature dan lawas. Hal itu cuma untuk pengetahuan bukan untuk kompetisi bisnis karena bersifat history dan sudah diketahui banyak orang, tidak menarik lagi untuk kompetisi bisnis, paling jauh untuk menjaga bisnis yang sudah berjalan atau mereka yang masuk ke bidang bisnis yang sudah digarap orang lain.

Sedangkan untuk bisnis baru analisisnya adalah CRITICAL SUCCESS FACTOR yaitu elemen-elemen kritis yang masih dinamis (krn baru) tapi sudah diidentifikasi sebagai parameter untuk menjadi sukses, kalau sudah "dilalui" dan ternyata berhasil barulah menjadi Key Success Factor. Sesuai dengan suasana alamiahnya suatu bisnis baru yaitu penuh resiko dengan konsekuensi gagal atau berhasil. Perdebatan ini membuat keputusan-keputusan menjadi lama bahkan bertahun-tahun. Resiko memang harus diambil terutama oleh pemangku kepentingan yang berkait infrastruktur maupun pembelian ruang iklan.

Saya teringat ketika memulai karir di dunia periklanan tahun 1993, saat itu stasiun Televisi masih baru, jadi beriklan di TV masih sangat beresiko. Tidak banyak pengiklan yang berani karena masih terbiasa dengan media cetak, media luar ruang dan merchandising spt brosur dan lain-lain. Setelah mengetahui bahwa percepatan penyebaran awareness yang berujung pada distribusi dan penjualan lebih cepat lewat iklan TV maka beramai-ramai semua pindahkan budget periklanannya ke televisi. Mereka yang lebih dahulu mendapat benefit dengan investasi yang lebih kecil tetapi hasil yang lebih besar karena saat mereka memulai kompetisi "share of voice" dan "inflasi media" masih sangat rendah.

Jadi belum sepantasnya untuk mempertanyakan KEY SUCCESS FACTOR, yang baru bisa dipertanyakan adalah CRITICAL SUCCES FACTOR...yang memulai dan menemukan akan mendapat "benefit" terbesar sebagaimana terjadi pada tahun 1993.

CPC MINDED

Pengetahuan tentang mobile advertising di seluruh dunia sedang berkembang, herannya yang menyebar di Indonesia hanya CPC (Cost per click), padahal cara menghitung yang diakui oleh MMA, IMMA maupun IAB ada 15 cara hitung.


  • CPA (Cost-per-Action)
  • CPC (Cost-per-Customer)
  • CPC (Cost-per-Click)
  • CPL (Cost-per-Lead)
  • CPL (Cost Per Listening)
  • CPM (Cost-per-Thousand)
  • CPO (Cost-per-Order)
  • CPD (Cost Per Download)
  • CPM (Cost per Thousand Impressions): Buying based on impressions delivered;
  • CPC (Cost per Click): Buying based on the number of viewers who click on the ad; and
  • CPA (Cost per Action): Buying based on some other action by the consumer beyond the click.
  • CPC (cost per call) is gaining currency for some campaigns; this allows viewers of the ad to automatically initiate a call with a call center.
KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun