Mohon tunggu...
KOMENTAR
Politik Pilihan

Kampus dan Netralitas dalam Pilpres

20 April 2014   18:07 Diperbarui: 23 Juni 2015   23:26 159 1
Hanya sedikit urun rembug... urun pandangan... sudah banyak hal ini dibicarakan.  Saya mulanya mengomentari berbagai komentar rekan-rekan, namun akhirnya saya rasa kotak yang ada membatasi saya.

Mahasiswa adalah insan yang bakal menjadi salah satu motor penggerak bangsa dan negara ini nantinya. Mahasiswa diajari dengan baik dan diharapkan lebih baik dari ajaran institusi sebelumnya seperti PAUD, SD, SMU dsb. dsj. Mahasiswa adalah selangkah lagi menjadi lulusan atau alumni yang berkarya dalam masyarakat.

Dalam kondisi pemerintahan yang represif semasa orde sebelumnya, tentunya kampus diharapkan keberpihakannya membela rakyat dalam hal pembebasan seperti reformasi. Walaupun sebenarnya tugas utama mereka adalah untuk mempersiapkan diri mereka untuk nantinya terjun. Jadi sebenarnya masih seperti digodok dalam kawah candradimuka. Jadi diharapkan saat mereka terjun di masyarakat setelah alumni, bisa berkarya dengan baik di bidangnya masing-masing atau di bidang yang mereka minati jika sudah bekerja di bidang yang lain dengan bidang studynya. Diharapkan tidak hanya jago berpidato tapi melempem dalam karya nyata.

Pada saat sekarang ini, di masa era reformasi ini, rakyat sudah bebas bersuara, menulis dimana-mana, bahkan sampai ada yang mengganggap kebablasan, sampai pada tahapan saling menghujat dan bukan saja berdasarkan nilai ilmiah dan rasio, tapi banyak yang akhirnya terjebak budaya yang tidak baik dan menghujat secara tidak etis. Tentunya peran serta mahasiswa menjadi berbeda.

Urusan apapun yang dipilih oleh kampus adalah hak kampus dalam memutuskan. Bukan hak kita yang di luar kampus.

MENOLAK CAPRES

Karena berita terakhir adalah penolakan Jokowi yang sudah dicapreskan dari PDIP dan Nasdem. Maka pilihan ini yang saya utarakan terlebih dahulu.

Menerima salah satu capres adalah hal yang bisa dianggap memberikan dukungan dan favoritisasi terhadap capres tersebut. Bilamana diterima, apakah semua capres lainnya akan datang dan punya waktu sama. Dan apakah semua capres akan diundang atau bahkan ada yang tidak datang dan akan menyalahkan pihak kampus. Lalu kalau harus semuanya merata, terlalu banyak capres saat ini terutama hasil capres konvensi. Lalu kapan akan belajarnya kalau sibuk dengan urusan capres ini.

Daripada repot, lebih baik ditolak semuanya saja. Jadi tidak ada prasangka yang tidak baik dari pihak manapun. Kampus netral dari urusan pilih memilih. Kampus netral dari urusan keberpihakan terhadap satu atau sebagian capres. Sesama mahasiswa bisa tetap belajar tanpa harus sedikit kurang akur dengan rekan lainnya karena dukungan yang berbeda.

Nah setelah urusan capres mencapres tersebut selesai, tentunya barulah pihak kampus menerima pihak manapun karena tidak riskan akan tudingan. Jadi kuliah umum yang akan diberikan lebih terfokus dan memberikan manfaat dan mengurangi resiko tidak baik.

Hal lain adalah perlunya konsekuensi dari pilihan ini. Konsistensi pihak kampus menolak capres lain masuk menjadi keharusan agar pilihan ini dihargai semua khalayak baik dalam maupun luar kampus.

Yang disayangkan adalah penolakan saat Jokowi sudah sampai. Buat kelanjutannya, tentunya kampus sebagai satu keluarga harus diadakan komunikasi intern mengenai sikap ini. Jangan sampai setelah datang baru ditolak. Kalau akan ditolak, mungkin lebih baik sebelumnya. Atau mungkin sudah dikomunikasikan, namun ada hal yang belum tertata baik.

MENERIMA CAPRES

Hal positif yang dapat diperoleh dari menerima capres adalah adanya masukan akan visi dan misi dari capres tersebut. Mahasiswa dapat memperoleh pandangan dari sang capres. Bisa mengklarifikasi hal-hal seputar capres tersebut, rekam jejak dsb dari yang bersangkutan langsung. Diharapkan forum beriskap positif dan jujur, walaupun sebenarnya agak sulit karena capres itu seperti pacar yang menonjolkan hal baik dan menutupi hal buruk yang ada.

Mahasiswa dan pihak kampus lainnya dapat memberikan sumbang saran yang adil dan merata terhadap semua capres. Memberikan masukan yang positif agar jika mereka terpilih nantinya bakal menjadi presiden yang berguna bagi bangsa dan negara.

Jikalau ini dilakukan, tentunya semua pihak di kampus harus setuju untuk menerima semua capres yang ada. Mau membuka diri untuk semua capres yang mau datang.

Jikalau waktu tidak mencukupi, bisa dimungkinkan digabung beberapa capres atau hanya dilakukan satu kali saja seperti misalnya dalam debat capres di dalam kampus. Atau forum lainnya namun hanya dalam satu kali kesempatan saja.

Siapa tahu setelah ada kesempatan itu para akademisi menjadi terbuka pandangannya atas masing-masing capres dan berguna dalam memutuskan suaranya akan digunakan untuk memilih yang mana.

BAGAIMANA DENGAN KAMPUS LAIN ?

Setiap kampus sebaiknya bersifat netral. Bisa memilih salah satu dari pilihan di atas.

Namun sekali lagi itu adalah hal yang ideal. Apapun yang dipilih, baik netral maupun memihak, sekali lagi, adalah hak kampus tersebut. Sama seperti kita tidak mempunyai hak untuk menentukan tetangga kita harus bekerja di perusahaan mana, itu adalah hak sang tetangga tersebut.

Bisa saja terjadi salah satu kampus mempunyai pandangan sesuai dengan agama yang dianutnya. Misalnya kita bercerita Universitas Islam Negeri tertentu, mungkin yang akan dibuka adalah kesempatan bagi capres capres yang berasal dari partai politik yang berhaluan Islam saja, seperti PAN, PKB, PKS dan sejenisnya.

Semoga pandangan ini bermanfaat. Pareng...

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun