Mohon tunggu...
KOMENTAR
Diary

Pentingnya Putus Asa dan Laa Tai'asu

9 Mei 2022   18:16 Diperbarui: 9 Mei 2022   18:20 447 1
Sebagai manusia yang diciptakan dan diberikan mandat oleh Tuhan untuk menjalankan kehidupan ini, tentu aku tidak pernah tidak bisa mengelak dari hal-hal yang tidak diinginkan. Salah satunya adalah kegagalan, yang menciptakan sebuah embrio pemikiran buruk yang siap melahirkan keputusasaan. Pada prosesnya itu, kegagalan kerap kali dijadikan sebagai salah satu dari dua cabang hasil dari sebuah upaya. Jika tidak berhasil ya gagal.

Putus asa merupakan sebuah idiom yang memiliki makna hilang atau habis harapan, atau lebih mudahnya tidak ada harapan lagi atau berhenti berharap (menyerah). Berhenti dalam hal ini bisa diakibatkan karena sebuah hasil yang tak hasil dari panjang dan pendeknya proses yang telah dilalui. Itulah yang biasa banyak orang atau bahkan kita menyebutnya sebagai sebuah kegagalan. Kegagalan pada satu proses tertentu biasanya membuat pikiran kita memberikan kesimpulan yang juga dilegitimasi oleh diri kita sendiri bahwa kegagalan itu stagnan. Dan ke'stagnan'an itulah yang menimbulkan adanya sebuah putus asa.

"Tapi, aku percaya pada takdir, artinya keberhasilan dan kegagalan itu sudah ditakdirkan.  Dan Tuhan juga menciptakan perasaan, ya, sudah semestinya kita kecewa, bisa juga putus asa itu," protes sahabatku.

Maka, aku juga cukup bingung dan hampir saja mengiyakan apa yang dikatakan sahabatku itu. "Iya juga, ya. Tuhan menciptakan perasaan, Tuhan juga yang menakdirkan keberhasilan dan kegagalan. Maka tidak dapat menutup kemungkinan juga, bahwa keduanya akan berdialektika."

Aku sedikit melipir dan menepi dari segala apa pun yang aku katakan mengenai putus asa, deklarasi untuk tidak putus asa, wejangan untuk pantang menyerah, motivasi semangat hidup, dan seterusnya. Berpikir, menatap awas segala hal yang ada di depanku, termasuk daun yang tiba-tiba gugur dan memisahkan diri dari teman dan potongan. Aku juga percaya pada takdir, maka bisa juga, putus asa yang Tuhan ciptakan itu penting sekali untuk mengobarkan api semangat di dalam diri kita.

Pentingkah putus asa itu? Sungguh pertanyaan itu sebenarnya masih belum menemukan jawaban yang pasti, karena dengan jawabanku nanti mungkin akan ada anak pertanyaan lain yang muncul di kepala Anda. Dan, bahkan aku saja masih berputar-putar di sekitar pertanyaan itu saja, jika dibahas lagi.

Percayalah, bahwa hidup adalah rangkaian proses yang di dalamnya akan ada kegagalan, keputusasaan, keraguan, ketidakpercayaan, kebingungan, dan hal tidak menyenangkan lainnya. Maka bisa jadi, Tuhan memang dengan sengaja menciptakan itu semua, salah satunya adalah 'keputusasaan' itu.

Tuhan melihat kita yang sedang berusaha dengan sekuat tenaga ; mandi keringat, banting tulang, kepala jadi kaki dan sebaliknya, dan tersenyum, maka pada sebuah hasil, Tuhan tidak memberikan apa yang menjadi tujuan awal kita. Lantas Tuhan semakin tersenyum lebar melihat kita gagal dan diselimuti dengan keputusasaan. Tuhan membiarkan kita jatuh, tercebur, dan terjerembab pada sebuah keputusasaan.  

Maka ini menjadi momentum bagi kita untuk terus sadar dan menyadari bahwa kita berada sebenarnya bukan apa-apa dan siapa-siapa. Dengan ini dapat dikerucutkan menjadi, Lahaula walaa quwwata illaa billaah.

Sebagai manusia yang menjalankan tugas sebagai manusia, menjadi sadar juga jika manusia tidak memiliki daya dan upaya apa pun kecuali dengan pertolongan Tuhan. Segala kecongkakan dan kesombongan melebur dan hancur terseret arus keputusasaan yang dahsyat.

"Itu kan pendapat kamu, toh Tuhan juga bilang di Alquran," protes sahabatku sekali lagi.

Iya. Kata Tuhan, walaa tai'asu min rouhillah.

Dan memang di Alquran, Allah mendeklarasikan dengan jelas, tepatnya di Surah Yusuf ayat 87, Nabi Yaqub memerintahkan kepada anak-anaknya untuk mencari Yusuf di Mesir, dan menyuruh mereka untuk tidak berputus asa dari rouhillah; rahmat, berkah, janji, hidayah, jalan Tuhan.

Maka kesimpulannya putus asa boleh apa enggak?

Beberapa orang imigran dari daerah sebelah, mendiami sebuah tempat di tepi sungai yang mustahil untuk ditempattinggali. Maka seorang dermawan, memberi mereka sebuah tempat tinggal yang layak huni, dan Insyaallah cukup dan mapan untuk ditinggali 5 sampai 6 orang itu. Dan orang dermawan itu, memberikan mereka pekerjaan juga, bahwa di samping rumah tersebut ada tanah yang sudah ditanami beberapa tumbuhan buah dan sayuran yang nantinya bisa dijual. "Rumah itu nanti akan ada pembayaran tiap bulannya, kalian bisa bekerja menjual buah-buahan dan sayuran ke pasar, tapi ya gitu, kadang suka subur kadang juga suka cepat rusak. Dan satu lagi, yang menagih pembayaran itu cukup galak, jangan sampai telat."

Maka yang menjadi prioritas itu bukan tujuan, namun proses selama menuju tujuan itu. Tujuan sudah ditentukan, dan proses kita sendiri yang menentukan. Maka kita tetap pada sebuah garis lurus menuju rouhillah dan mengharapkannya. Dan membiarkan tujuan tanpa meninggalkan atau melupakan proses perjuangan.  

Jadikan tai'asu menjadi lebih berarti dengan selalu belajar dan sadar akan putus asa. Seperti sebuah sajak temanku.

Sajak taiasu

Kepada seluruh pemirsa
Kuhadirkan taiku
Parfumku
Ketiakku

Dari sana
Kubisa tau
Mana yang tai
Mana yang asu
Taiasu
"Jangan," hibur Tuhan.


KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun