Dulu juga saat usia itu, saya setiap tahun selalu berkunjung ke Jakarta Fair, yang waktu itu lokasinya masih dibilangan monas. Selalu setiap ke Jakarta Fair, ibu saya pasti membelikan kami american donut. Waktu itu cuma ada 2 rasa, keju dan coklat meses. Rasanya yang khas membuat kenangan yang kuat dalam ingatan saya, cuma memang sejak dipindahkan ke kemayoran, saya mungkin cuma 2 kali berkunjung. Hingga beberapa bulan yang lalu saat berkunjung ke pameran di kemayoran, saya lihat ternyata masih ada gerai american donut, kontan saya beli 1 rasa keju, dan ternyata rasanya sama meski kemasan agak berbeda.
Sering sekali saya menghadapi situasi yang sama dengan orang-orang di perusahaan klien. Setiap ada situasi efisiensi, kebanyakan orang berpikir untuk mengurangi “quality” supaya target “quantity” bisa dicapai. Ini sungguh keliru, itu sama artinya dengan membuang pelanggan. Seperti kasus saya dan martabak di atas, saat itu dipikiran saya hanya kenangan terhadap rasa, saya bahkan mungkin tidak peduli dengan harga yang saya harus bayar untuk mendapatkan kenangan itu lagi.
Efisiensi dan produktivitas adalah wajib dilakukan setiap orang atau organisasi jika ingin tetap bertahan dalam dunia yang makin ketat persaingannya. Lihat saja bagaimana industri Jepang bisa mendominasi pabrikan Eropa dan Amerika Serikat, dan sekarang ini Korea Selatan. Kuncinya adalah efisiensi dan produktivitas tapi tanpa mengurangi mutu, malahan peningkatan mutu secara berkesinambungan.