[caption id="attachment_258169" align="alignleft" width="285" caption="sumber: detik surabaya"][/caption] Ada "selebritis" baru di mudik kali ini. Ya, Perusahaan Otobus (PO) Sumber Kencono yang santer diberitakan media akhir-akhir ini. Mungkin bagi yang sering berkendara di jalur antara Jogjakarta, Ngawi, Madiun, Mojokerto dan Surabaya sudah kenal betul dengan "kesaktian" PO yang satu ini. Selesai lebaran ini, selebritis lokal ini pun menjadi primadona. Tercatat 3 kecelakaan mewarnai perjalanan arus mudik PO Sumber Kencono tahun ini, dan ketiganya sukses menghilangkan nyawa pengguna jalan. Pertama di Jogjakarta, bus tersebut menabrak seorang penyeberang jalan hingga meninggal di Jalan Laksda Adisutjipto. Kedua di jalur tengkorak Ngawi, juga menabrak pengguna jalan hingga meninggal yang akhirnya bus tersebut dibakar massa. Ketiga kecelakaan di Jalan Raya Beringin Bendo, Sidoarjo yang sukses menghilangkan tiga nyawa pengendara sepeda motor. Terlepas dari pihak mana yang salah pada kecelakaan-kecelakaan tersebut, sudah sepantasnya pihak PO Sumber Kencono melakukan evaluasi perilaku sopir armadanya. Sudah banyak kecelakaan fatal di luar suasana mudik yang melibatkan perusahaan ini. Saya sendiri sudah sering mengalami penindasan dan kelakuan semena-mena bus ini ketika berkendara di jalan antara Madiun-Surabaya. Mungkin mentang-mentang kendaraan besar jadinya mau menang sendiri karena merasa tidak bakal kalah. Marka jalan dilanggar, mendahului dengan mengambil jalan kendaraan dari arah berlawanan, mengambil
lane arah berlawanan ketika berhenti di pintu perlintasan kereta api, berhenti di sembarang tempat, nyetir dan
overtaking layaknya pembalap formula 1 dengan mobil yang beratnya puluhan ton dan masih banyak lagi. Rasanya geram bin
mangkel kalau melihat perilaku berkendara sopir perusahaan ini yang jauh dari kata sopan. Yang membuat lebih
mangkel lagi adalah tidak pernah saya lihat bus ini ditilang oleh polisi walaupun sudah berulangkali melanggar rambu lalulintas. Ada apa ini? Memang semua masalah selalu ada pro dan kontra. Mereka yang pro karena banyak konsumen yang diuntungkan dengan waktu tempuh yang singkat. Pro karena memaklumi sopir bus ini ngejar kewajiban nyetor. Tapi apakah ini membenarkan perilaku kurang sopan dan cenderung ugal-ugalan yang pada akhirnya membahayakan keselamatan orang lain? Ah, ujung-ujungnya saya punya quote sendiri:
Most buses are our common enemies on the road. Hehe.
KEMBALI KE ARTIKEL