Dengan usia 54 tahun, Pak Najib membagikan kisahnya tentang perantauan dari Pulau Jawa dan pengalaman kerjanya sebagai buruh kuli bangunan harian di kota. Ia menjelaskan bahwa pendapatan yang ia peroleh bervariasi, berkisar antara Rp.100.000 hingga Rp.150.000 per hari, tergantung pada jumlah hari kerja dalam sebulan. Namun, pendapatan rata-rata yang ia terima selama sebulan berada di bawah Rp.1.500.000.
Pak Najib juga menggambarkan bagaimana ia mencoba mengatasi keterbatasan pendapatan dengan mengolah tanah milik tetangganya dan berkebun. Meskipun saat ini beliau jarang berkebun dan kesempatan mendapatkan pekerjaan yang cukup juga semakin menurun dalam beberapa bulan terakhir. Ia bergantung pada ajakan teman sesama buruh kuli untuk mendapatkan pekerjaan.
Dalam keluarganya, terdapat lima anggota lainnya: istri bernama Seni Lestari yang berusia 41 tahun dan empat orang anak mereka. Anak-anaknya, Ahmad Malik Sudin (12 tahun), Miftahul Huda (9 tahun 5 bulan), Badiul Muhlisin (4 tahun 11 bulan), dan Latiful Khoiri (1 tahun 7 bulan), semuanya menjadi tanggungan yang harus dijaga dan dibiayai oleh Pak Najib. Meskipun dengan pendapatan yang terbatas, Pak Najib dan istrinya selalu berusaha memastikan kebutuhan pokok dan pendidikan anak-anak terpenuhi.
Dalam hal pendidikan, Pak Najib sangat peduli terhadap pendidikan agama anak-anaknya. Meski harus menambah pengeluaran, ia memastikan bahwa ketiga anaknya mengikuti TPA (Taman Pendidikan Al-Qur'an) tiap sore. Pendidikan anak-anak tetap menjadi prioritas utama, walaupun kadang-kadang berarti harus menahan beban keuangan yang lebih besar.
Pak Najib dan keluarganya juga menerima beberapa bentuk bantuan, seperti BLT (Bantuan Langsung Tunai) anak sekolah sebesar Rp.900.000 per tiga bulan, serta bantuan dari Dinas Sosial selama masa pandemi Covid-19 berupa sembako dan uang tunai. Namun, meski menerima bantuan ini, mereka masih menghadapi keterbatasan dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Salah satu tantangan utama yang dihadapi oleh keluarga ini adalah biaya kesehatan. Tanpa memiliki BPJS (Badan Penyelenggara Jaminan Sosial), mereka bergantung pada Puskesmas dan pengobatan di warung untuk mengatasi berbagai masalah kesehatan. Keluarga Pak Najib juga sedang menunggu proses pembuatan BPJS yang sedang berlangsung, dimana Pak Najib menerima bantuan dan bimbingan dari Ketua RT setempat.