Terlepas dari aspek publisitasnya, permintaan maaf dari Silet secara bertubi tubi melalui RCTI dapat kita hargai. Mengapa ?
Setidaknya Tim Silet berperilaku lebih baik ketimbang seorang pejabat negara yang komentarnya mengenai Mentawai begitu menyakitkan hati, tetapi tidak merasa perlu meminta maaf. Kedua, bagaimanapun pengelola dan presenter acara infortainment itu masih sadar dan tahu diri melakukan koreksi.
Bukan cuma sekali ini acara seperti itu menggulirkan ramalan ramalan. Menjelang pergantian tahun, sejumlah peramal ditampilkan untuk memberikan ramalan. Jadi ya begitulah acara infotainment. Kerjaan non jurnalistik itu didasarkan filosofi sederhana makin diGOSok makin SIP. Karena itu sungguh sangat tidak semestinya pekerja acara silet dan beberapa lainnya dimasukkan dalam jajaran pekerja jurnalistik. Saya menyebut ‘ acara silet dan beberapa lainnya’ untuk menegaskan pemahaman saya bahwa penyebutan infotainment untuk jenis program ini sesungguhnya menyimpang dari pemahaman infotainment yang sesungguhnya.
Infotainment, adalah program berita atau faktual yang dikemas dan disajikan secara menghibur. Infotainment dalam arti yang sesungguhnya bukanlah acara mengenai gosip dan tetek bengek kehidupan para selebritis. Sebagai acara gosip selebritis,isinya juga bisa mengenai kehidupan selebritis.Lantas mengapa tim Silet memasukkan ramalan Gunung Merapi meletus dalam acaranya ? Saya tidak tahu persisnya. Tetapi barangkali mereka memandang Bencana Merapi sedang jadi hot issue sehingga menarik untuk dijadikan materi acara. Celakanya, kali ini Silet salah menyilet. Siletannya melukai sebagian besar perasaan orang Jogja, ketika Fenny Rose dengan gaya khasnya menyebut bahwa “Yogyakarta adalah kota malapetaka dan pada tanggal 8 November 2010 akan terjadi bencana besar”. Tidak hanya menyilet perasaan korban bencana dan wong ngayogyakarta, program ini juga sudah menyilet aturan KPI.
Dalam aturan KPI mengenai Standar Program Siaran, penyiaran mengenai bencana alam wajib mempertimbangkan proses pemulihan korban, keluarga atau masyarakat yang terkena bencana alam.
Lantas apakah dengan demikian pekerja Silet dan acara Infotainment akan lebih berhati hati dan belajar dari kesalahan ini ? Saya tidak tahu. Yang pasti kedepan, kehadiran mereka akan terus menyemarakkan layar televisi swasta. Mengapa ? Sebab pemilik televisi swasta memang memerlukan mereka. Sebab atas dasar survey AC Nielsen, acara infotainment seperti itu ‘ratingnya’ tinggi. Dan karena rating tinggi itulah maka banyak produsen yang mau pasang iklan. Dan dari situlah tv tv swasta mendapatkan uang milyaran.
Jadi, ya harap makum.
Salam
M Kabul Budiono