Mohon tunggu...
KOMENTAR
Cerita Pemilih Pilihan

Mengapa Prabowo-Gibran Menang Telak Menurut Neuroscience?

19 Februari 2024   14:07 Diperbarui: 21 Februari 2024   13:53 344 4
Banyak pengamat politik yg menyebut kemenangan telak Prabowo-Gibran (PraGib) di pilpres kemarin adalah berkat "dukungan" Jokowi. Namun bagaimana Jokowi bisa memberi PraGib kemenangan telak itu? Satu jawaban sederhana: approval rating atau tingkat kepercayaan publik pada Jokowi di sekitar angka 80%. Itu angka yg sangat tinggi dan hanya sedikit pemimpin pemerintahan di dunia yg meraih angka setinggi itu.

Tapi muncul lagi pertanyaan berikutnya: bagaimana Jokowi bisa memperoleh angka approval rating setinggi itu?

Para pengamat politik tentu punya jawaban yg tandas. Semuanya hampir sama menyebut, bahwa Jokowi memiliki kualitas permainan catur politik yg sangat tinggi atau di atas rata-rata politisi lainnya di Indonesia.

Sebagai penulis yg sudah menulis ratusan artikel & video seputar perkembangan neuroscience sejak 2015, tentu saja saya tidak sedang membahas permainan catur Jokowi. Di artikel ini, saya mencoba melihat fenomena Jokowi ini dari kacamata neuroscience yg berkaitan dengan berbagai aspek kehidupan, termasuk politik.

=0=

Approval rating atau tingkat kepuasan atau tingkat kepercayaan publik ini adalah bagaimana masyarakat mempersepsikan pemimpinnya, sehingga mereka tunduk atau patuh atau ikut pada langkah apapun yg diambil pemimpinnya. Tentu masyarakat berasumsi pemimpinnya membawa mereka pada kebaikan.

Dengan demikian kata lain dari approval rating adalah leadership.

Leadership menjadi bahasan yg menarik sejak dahulu kala. Socrates berkata: "People should be governed by those with the greatest knowledge, abilities and virtues, and who possessed a deep knowledge of themselves."

Tentu banyak yg membahas apa yg dimaksud dengan "A Deep Knowledge of Themselves". Daniel Goleman, penulis buku bestseller di tahun 1995: "Emotional Intelligence" mungkin membahas hal yg sama dengan yg dibahas oleh Socrates, namun Goleman menyebutnya dengan 2 sebutan ini: 1. Self-Awareness, 2. Self-Regulation.

Selain Goleman, para neuroscientists juga membahas "A Deep Knowledge of Themselves". Namun neuroscience memiliki sebutan yg berbeda lagi, yaitu Emotion Regulation.

Buku Goleman yg disebut di atas dan apa yg ditulis Goleman seputar topik di atas membuat Goleman disebut sebagai seorang expert di bidang Leadership dan Emotion Regulation. Goleman diakui telah mendorong berbagai riset lanjutan untuk memperdalam topik itu yg terutama dilakukan oleh para neuroscientists.

Topik leadership menjadi semacam topik populer sejalan dengan dunia usaha atau berbagai industri yg makin kompleks dan kompetitif. Sehingga kemudian banyak yg menawarkan berbagai cara paling ampuh untuk memiliki leadership.

Jadi mungkin sekali Jokowi mempelajari cara memiliki leadership secara mendalam, meski diam-diam. Mungkin saja Jokowi mempelajari leadership yg diajarkan melalui (setidaknya) 2 buku Daniel Goleman:  "Emotional intelligence", 1995 dan "Leadership: The Power of Emotional Intelligence", 2011.

Goleman tidak menyebut Emotion Regulation dalam buku-bukunya, namun Goleman menyebut self-awareness dan self-regulation sebagai gantinya, sebagaimana sudah disebut di atas.

Kata Emotion Regulation memang dipopulerkan oleh neuroscience yg dilengkapi dengan penjelasan bagaimana emotion regulation terbentuk di otak. Itu yg kurang dijelaskan oleh Goleman. Meski demikian, buku atau artikel yg ditulis Goleman diakui dunia sebagai cara terbaik untuk memiliki leadership yg mumpuni.

Namun mungkin juga Jokowi tidak pernah membaca semua buku atau tidak pernah mempelajari cara memiliki leadership. Mungkin saja Jokowi adalah seorang yg secara alami memiliki leadership yg kuat yg bisa terlihat jelas saat berada di posisi yg tinggi di masyarakat.

Mengacu pada "Emotional Intelligence" yg ditulis Goleman, Leadership yg baik mensyaratkan adanya komponen utama, yaitu Emotional Regulation (self-awareness dan self-regulation) yg menurut berbagai riset neuroscience menghasilkan Empathy (komponen keempat dari "Emotional Intelligence") yg juga akhirnya menghasilkan Social Skills (komponen kelima).

Jadi Emotion Regulation adalah syarat utama dari leadership yg terindikasi dimiliki oleh Jokowi dibanding politisi lainnya di Indonesia.

Berbagai riset neuroscience menyebutkan Emotion Regulation adalah kemampuan memahami atau menyadari setiap emotions, terutama negative emotions yg muncul atau terbentuk di diri seseorang. Kemampuan ini juga disebut para ahli sebagai kemampuan "observe the observer" (penjelasannya ada di bahasan seputar mindfulness practice). 

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun