Mohon tunggu...
KOMENTAR
Politik

Pemilih Muda yang Mudah Ditipu di Tahun Politik 2024

30 Agustus 2023   10:42 Diperbarui: 17 Oktober 2023   13:49 118 1

Berbagai survei mengenai elektabilitas para capres sudah kita baca sejak berbulan-bulan lalu. Sebagian besar menunjukkan kenaikan elektabilitas Ganjar Pranowo, namun elektabilitas Prabowo Subianto juga menunjukkan kenaikan, kecuali elektabilitas Anies yang nyungsep melulu. Hampir semua hasil survei juga menunjukkan keunggulan Ganjar, meski tipis saja.

Pilpres masih beberapa bulan lagi, sehingga masih banyak yang bisa terjadi di bulan-bulan mendatang. Mungkin saja masih ada beberapa strategi pamungkas yang belum digunakan oleh para capres.

Mungkin sekali kampanye hitam bakal segera digunakan secara masif oleh capres tertentu, sebagaimana di beberapa pilpres yang lalu. Sebagaimana kita tahu, kampanye hitam bisa efektif, karena sebagian besar masyarakat bukan pemilih yang cerdas, apalagi setelah adanya medsos yang dilengkapi dengan AI (algoritma) sekarang ini. Itu terjadi di belahan Bumi manapun, termasuk di negara maju sekalipun, misalnya Amerika yang kursi presidennya sempat diduduki oleh Donald Trump. Begitu juga contoh di Filipina: Bongbong Marcos.

Dalam konteks itu ada sebuah diskusi yang baru-baru ini diselenggarakan oleh Republika.co.id yang menampilkan pembicara Hasanuddin Ali, CEO Alvara Research Center.  Ia membawakan topik pemilih muda (Gen Y dan Z) di 2024 (simak videonya di sini: https://youtu.be/k8Sgr8H-k7U?si=JvO3oJhSfeKyuwq  )

Setelah saya menyimak diskusi yang menarik itu, ini catatan atau komen saya:

1. Jumlah anak muda (Gen Y & Z) di DPT (Daftar Pemilih Tetap) lebih dari 50%. Jadi mereka adalah kelompok yang penting untuk dibidik oleh para timses.

2. Partisipasi anak muda di pilpres sangat rendah (mereka ogah datang ke TPS).

3. Profile anak muda ini kurang "dirinci" oleh Hasanuddin Ali, nampaknya. Namun saya merincinya di artikel yang saya tulis beberapa minggu lalu (baca di sini: https://www.kompasiana.com/mjr/64a3e561e1a1673200399822/generasi-paling-tersesat-di-tahun-politik-2024 )

4. Berdasarkan profile anak muda yang digambarkan oleh beberapa riset, anak muda ini sebenarnya ternyata mudah disesatkan, terutama soal pilihan politik (baca penjelasannya di artikel saya di atas).

5. Anak muda memiliki beberapa 'harapan yang penting' dari para kandidat yang jika  harapan itu "dipenuhi" akan membuat mereka datang ke TPS.

6. Tambahan dari artikel saya yang lain tentang dunia yang bakal berubah cepat sekali dalam tahun-tahun mendatang, apalagi dunia politik:
https://www.kompasiana.com/mjr/64b3b6794addee150c20c382/pemenang-di-tahun-politik-2024-berhadapan-dengan-tantangan-ai

Penutup

Ada banyak cara untuk memenangkan pilpres. Salah satunya menggunakan kempanye hitam yang termasuk di dalamnya menggunakan politisasi agama. Cara lainnya adalah membidik kelompok pemilih berdasarkan profile tertentu, seperti usia. Kesamaan usia tentu artinya memiliki beberapa kesamaan lain atau kesamaan karakter.

Kampanye hitam, apalagi politisasi agama tentu saja terbukti ampuh menaikkan elektabilitas, namun itu adalah cara yang jahat, karena mengancam kemanusiaan dan NKRI. Sudah terlalu lama kemajuan Indonesia terganjal oleh ulah mereka yang menunggangi agama untuk berkuasa. Mereka itu terutama adalah timses atau konsultan politik yang berorientasi pada uang, kekuasaan atau politik semata, namun mereka berkoar-koar seolah membela bangsa, membela negara, atau membela agama.

M. Jojo Rahardjo

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun