Contohnya bisa dilihat di 3 orang yang akhir-akhir ini menjadi berita yang viral. 1. Mario Dandy, 2. Rafael Alun, 3. Rocky Gerung.
Rafael Alun pernah menggambarkan anaknya, Mario Dandy kira-kira begini: Mario itu anak yang pintar, bahkan kebanggaan saya. Menurut Rafael lagi, Ia kemudian tumbuh menjadi anak yang over confidence. Apa yang ia dilakukannya pada David Ozora, hanya kenakalan anak yang biasa. Ia hanya emosi (marah).
Itu salah contoh dari tidak atau kurang mampu memahami konsep salah dan benar yang berlaku umum atau universal. Menganiaya orang hingga nyaris mati disebut Rafael sebagai kenakalan anak yang biasa. Rafael juga menyebut kata over confidence untuk menggambarkan perbuatan anaknya yang sering melanggar aturan. Orang normal bisa merasakan dengan mudah apa yang salah dan benar, namun Rafael tidak. Tidak mengherankan jika Rafael melakukan korupsi secara gila-gilaan. Orang normal tidak mampu atau akan merasa sangat berat melakukan apa yang dilakukan Rafael.
Sedangkan Mario Dandy dengan sangat jelas di persidangan mempertontonkan bagaimana ia tidak mampu membedakan konsep salah dan benar seperti tersebut di atas. Misalnya saat ia ngotot menjelaskan alasannya menganiaya David. Baginya alasan yang dimiliki sangat bagus atau tepat, namun bagi orang lain itu adalah alasan gila yang tidak masuk akal. Orang normal tidak mampu memiliki alasan yang mengerikan itu, sedangkan Mario malah memberi detilnya yang mengerikan.
Jika Rafael melakukan kejahatan keuangan yang merugikan negara, dan Mario melakukan kejahatan penganiayaan yang kejam tak terbayangkan, maka Rocky Gerung mungkin bisa disebut melakukan kejahatan kemanusiaan, karena ia mencoba menghasut masyarakat agar mengikutinya membenci dan menjatuhkan pemerintahan yang sah.
Pilihan kata-kata yang digunakan Rocky tidak digunakan oleh orang normal yang mampu membedakan pilihan kata yang benar dan salah. Pilihan katanya antara lain: dungu, bajingan, tolol, pengecut, dll. Kata-kata itu ia sebut dengan enteng, bahkan belakangan (setelah dilaporkan ke polisi) ia mengelak disebut menghina, namun menurutnya itu adalah caranya mengkritik Jokowi.
Rocky sering menampilkan dirinya sebagai seorang akademisi, bahkan filsuf, namun caranya mengkritik Jokowi atau mengkritik pemerintah tidak menggambarkan itu. Ia seperti tidak terbiasa mementingkan argumen akademis.
Cara mengkritik Rocky itu tidak dipilih oleh orang normal yang dengan mudah bisa melihat perbedaan antara kritik dengan tantrum, atau memaki, atau juga menghina.
M. Jojo Rahardjo
Sejak 2015 menulis ratusan artikel seputar perkembangan neuroscience dan kaitannya dengan berbagai aspek kehidupan.