Munculnya berbagai teori konspirasi tak terhindarkan dari tiap peristiwa besar, karena mencipta teori konspirasi terpicu oleh salah satu kecenderungan dasar manusia yang sering disebut mind-wandering (pikiran yang selalu berkelana) yang tingkatannya berbeda-beda pada tiap orang. Ada beberapa artikel yang sudah saya tulis mengenai mind-wandering ini (klik di sini).
Sedangkan, jika kita mengutip Harari, apa yang terjadi kemarin itu: 1. penolakan pada Israel, dan 2. reaksi masyarakat pada penolakan itu adalah salah satu bentuk local politics.
Lebih jauh, Harari sering mengingatkan soal global cooperation. Ia juga sering menyebut apa yang terjadi di pinggir Sungai Kuning Cina sebagai contoh pentingnya global cooperation dibanding nasionalism atau local politics. Di pinggir Sungai Kuning ribuan tahun lalu, berbagai suku menderita secara berkala, karena Sungai Kuning secara berkala mengalami banjir dan kering secara ekstrim. Lalu kemudian atas nama kepentingan bersama, semua suku yang tinggal di pinggir sungai Kuning berpadu untuk membuat tanggul besar di sepanjang pinggir sungai yang kemudian berhasil menurunkan penderitaan berkala mereka sebelumnya.
Sungai Kuning itu ada di mana-mana di seluruh dunia, dan dalam skala yang lebih besar lagi. Semua itu tentu membutuhkan global cooperation. Sungai Kuning di seluruh dunia itu misalnya bernama: climate change, nuclear war, pandemi, mental health, artificial intelligence, poverty, peacekeeping, dan lain-lain. Itu semua hanya sebagian dari daftar global issues yang membutuhkan global cooperation. Konflik Israel-Palestina masuk ke dalam kategori peacekeeping di daftar itu. Olahraga, misalnya Piala Dunia U-20 adalah salah satu yang bisa mendorong upaya peacekeeping.Â