Berita tentang orang-orang yang berusia panjang memang sering menarik perhatian. Kawasan "terpencil" di Cianjur ini ternyata sudah pernah menjadi berita beberapa tahun sebelumnya seputar beberapa warganya yang berusia panjang.
Benarkah warga yang diberitakan itu berusia panjang? Jika benar, tentu ini menarik untuk diteliti. Usia panjang adalah tanda dari kesehatan yang terjaga atau prima. Cara menjaga kesehatan agar prima tentu berbeda di tiap wilayah di dunia. Apakah karena pilihan makanannya? Apakah dari kegiatan sehari-hari yang dilakukan? Atau ada faktor lain, keturunan misalnya atau agama?
PBB memang pernah menyatakan, bahwa jumlah centenarians (mereka yang berusia hingga 100 tahun lebih) terus bertambah di seluruh dunia. PBB memperkirakan saat ini ada 573,000 centenarians di berbagai tempat di seluruh dunia. Pada tahun 1950 ada 23,000. Tahun 1990 ada 110,000. Tahun 1995 ada 150,000. Tahun 2000 ada 209,000. Tahun 2005 ada 324,000. Tahun 2009 ada 455,000 (Wikipedia).
Dan Buettner dari National Geographic meneliti centenarians ini dan menuliskan hasilnya dalam satu buku laris berjudul "The Blue Zones". Disebut The Blue Zones, karena ada beberapa wilayah di dunia yang dikenal memiliki banyak warganya yang berusia panjang hingga 100 tahun lebih. Ada 5 wilayah di dunia yang disebut The Blue Zones, yaitu: 1. Icaria Island di Yunani, 2. Sardinia, di Italia, 3. Okinawa, Jepang, 4. Loma Linda, di California, 5. Nicoya Peninsula, di Costa Rica.
Pekerjaan utama Dan Buettner dan paling menghabiskan waktu dalam penelitiannya adalah memastikan atau mencari berbagai bukti tentang tanggal atau tahun kelahiran mereka yang tentu saja rata-rata dari mereka lahir di masa sekitar Perang Dunia 1. Pencatatan sipil pada masa itu belum sebaik masa sekarang, sehingga perlu cara lain untuk mengkonfirmasi bahwa mereka lahir misalnya di tahun 1915.
Warga Cianjur yang disebut memiliki usia di atas 100 tahun itu tentu saja membutuhkan penelitian seperti yang sudah dikerjakan oleh Dan Buettner.
Empat Ciri Centenarians yang Menonjol
Jika membaca buku The Blue Zones, kita akan menemukan 4 ciri menonjol dari para centenarians itu. Tentu saja ada lebih dari 4 ciri menonjol yang diungkap oleh Dan Buettner, namun tulisan ini hanya akan membahas 4 ciri itu dulu.
Apakah 4 ciri menonjol ini dimiliki juga oleh mereka yang di Cianjur?
1. Mereka memakan apa yang ada di sekitar merekaÂ
Centenarians dalam buku The Blue Zones mengkonsumsi apa yang mereka tanam sendiri atau apa yang tumbuh di sekitar mereka. The Blue Zones memang merupakan wilayah yang bisa disebut terpencil, meski beberapa wilayahnya sekarang sudah menjadi kawasan wisata yang ramai setelah banyak diberitakan oleh berbagai media dunia.
Mereka hidup sederhana, sehingga mereka cukup mengkonsumsi apa yang ada di sekitarnya, namun itu membuat mereka tidak mengkonsumsi makanan yang sudah diolah dengan rumit secara modern, yang sangat mungkin melibatkan bahan pengawet makanan.
Kebanyakan dari makanan mereka adalah biji-bijian, ikan, dan sedikit daging ternak (seminggu sekali), dan sayur serta buah.
Jika ingin meniru apa yang mereka makan, kita bisa mempelajari Mediteranian Diet yang sekarang sudah populer bagi mereka yang ingin selalu sehat atau yang sedang menderita penyakit tertentu. Namun dalam Mediteranian Diet ada tambahan, yaitu olive oil atau minyak zaitun yang memang sudah sejak ribuan tahun dikonsumsi masyarakat di wilayah Mediterania. Minyak zaitun ini memang sudah banyak penelitiannya dan disebut memberi khasiat kesehatan. Pengganti minyak zaitun yang juga berkhasiat bagi kesehatan adalah minyak wijen atau sesame oil yang biasa dikonsumsi di wilayah Asia.
2. Tubuh mereka selalu bergerak setiap hari
Kehidupan di pedesaan tentu sederhana, tanpa alat-alat transportasi bermesin, sehingga mereka harus mengandalkan tenaga yang mereka miliki. Pekerjaan sehari-hari mereka seperti bertani atau beternak, atau lainnya juga tidak menggunakan alat-alat modern bermesin. Semua membutuhkan tenaga mereka sendiri. Tidak heran centenarian tertentu, seperti di Sardinia, Italia mampu mendaki & menuruni bukit berjam-jam setiap hari untuk membawa ternak mereka merumput padahal usia mereka sudah lewat dari 100 tahun lebih.
3. Mereka selalu sehat wal afiat & mandiri hingga hari terakhir hidup mereka
Banyak orang yang beranggapan bahwa usia tidak perlu panjang, yang penting memiliki hidup yang berkualitas. Barangkali ini keinginan yang muncul karena kekuatiran menjadi beban bagi keluarga atau orang di sekitar saat usia tua dan dalam kondisi sakit-sakitan bertahun-tahun.
Centenarians tidak mengalami itu. Mereka tetap hidup sehat hingga ajal menjemput mereka, sehingga mereka tetap mandiri, tanpa dibantu oleh keluarga atau orang sekitar. Bahkan centenarians ini disebut tidak mengalami dimentia atau terkena alzheimer, yaitu penyakit yang berkaitan dengan menurunnya fungsi otak.
4. Mereka selalu dikelilingi oleh keluarga atau orang-orang dekat
Kehidupan di desa tentu membuat para centeranians ini saling bergantung dengan orang lain. Itu juga artinya interaksi antar mereka lebih sering terjadi. Tidak ada centenarian yang sendiri atau kesepian di rumahnya. Mereka saling menjaga atau saling memperhatikan kebutuhan sehari-hari.
Interaksi dengan keluarga dan orang sekitar disebut juga dengan social support. Menurut laporan yang diterbitakan tiap tahun oleh PBB (World Happiness Report) social support diletakkan di posisi nomor 2 dalam daftar 6 unsur yang membuat warga sebuah negeri memiliki happiness, yaitu: 1. GDP per capita, 2. Social support, 3. Healthy life expectancy, 4. Freedom to make life choices, 5. Generosity, 6. The absence of corruption.