Sang suami yang baru saja dikenalnya beberapa hari saja melalui praktik ta'aruf ternyata bersikap negatif selama beberapa hari pernikahan. Namun Eka tetap berusaha untuk mempertahankan pernikahan itu dan berharap Tuhan akan melembutkan hati suaminya ini. Pada akhirnya setelah melalui hari-hari yang membagongkan, Eka meyakini bahwa jalan yang terbaik baginya adalah meninggalkan suaminya yang 2 kali menceraikannya (sempat rujuk sekali) hanya dalam tempo beberapa hari saja.
Perceraian pertama terjadi hanya beberapa hari setelah pernikahan, gara-gara nasi yang akan diberikan kepada suaminya tersentuh pakaian Eka. Peristiwa itu ternyata mampu membuat suaminya melakukan beberapa tindakan yang tidak masuk akal, hingga menceraikan Eka, seperti diceritakan oleh Eka dalam Twitter-nya.
Perceraian kedua terjadi setelah Eka diminta kembali rujuk oleh suaminya. Namun baru beberapa hari rujuk dengan suaminya ini, Eka kembali dicerai, karena alasan yang membuat hati Eka terluka.
Sebagaimana yang diceritakan Eka, suaminya memanggil pulang Eka yang sudah kembali ke rumah orangtuanya setelah diceraikan pertama kali oleh suaminya. Tentu saja orangtua Eka setuju Eka kembali rujuk dengan suaminya, karena perceraian itu tentu mencoreng kehormatan keluarga, apalagi Eka cuma dinikahi secara agama, bukan di KUA. Padahal keluarga Eka sempat "marah" dan ingin meminta "penjelasan" dari suami Eka atas perlakuan negatif yang dilakukan suaminya pada Eka. Namun nampaknya bagi keluarga Eka, kehormatan keluarga harus lebih dijaga daripada menjaga keselamatan & kenyamanan Eka.
Eka juga menambahkan saat ia dicerai 2 kali itu, Eka selalu pulang ke rumah orangtuanya sendirian dengan transportasi umum tanpa diantar oleh suaminya. Demikian juga saat Eka kembali dari rumah orangtuanya ke rumah suaminya hanya dengan transportasi umum, tanpa dijemput oleh suaminya.
==o==
Nampaknya praktik ta'aruf ini adalah praktik menjodohkan 2 orang oleh sekelompok (beberapa) orang agar 2 orang ini diikat dalam satu tali pernikahan. Namun sayangnya praktik ini tidak dilengkapi dengan informasi bagi kedua belah pihak mengenai kesehatan mental masing-masing, kecuali kondisi ekonomi, pengalaman kerja, dan berbagai pencapaian akademis.
Kisah yang viral ini mengundang berbagai komen. Setidaknya ada 2 jenis komen menonjol dari kisah itu:Â