Banyak peneliti sudah pergi ke Ikaria, dan berbagai media dunia telah menulis tentang pulau di mana warganya lupa pada kematian. Sakit pun nyaris tak dikenal di pulau ini. Angka penderita kanker nyaris tak ada, begitu juga penderita penyakit jantung dan obesitas. Bahkan dimensia (pikun) dan alzheimer nyaris tak dikenal di pulau ini.
Polisi tak diperlukan di pulau ini. Semua saling menjaga perilaku masing-masing. Privacy tentu saja tak diperlukan di pulau ini, padahal privacy adalah aturan atau batasan yang paling dianggap penting di seluruh dunia.
Apakah itu artinya penduduk pulau Ikaria ini memiliki spiritualitas yang tinggi?
Stamatis Moraitis seorang warga Amerika mengalami sesak nafas saat usianya 65 tahun. Ia pun pergi ke dokter dan mendapat diagnosa, bahwa ia terkena kanker paru yang ganas. Usianya diperkirakan tinggal beberapa bulan lagi.
Ia tak terima dengan hasil pemeriksaan dokter itu. Ia pun pergi ke 9 dokter lain dan hasilnya sama.
Moraitis sebenarnya berasal dari pulau Ikaria, Yunani. Ia telah merantau ke Amerika setelah perang dunia 2 dan menetap di Amerika setelah menikah dengan Elpiniki, seorang perempuan Amerika, namun keturunan Yunani. Sayangnya setelah puluhan tahun hidup mapan di Amerika bersama istri dan anak-anaknya, ia didiagnosa dokter menderita kanker paru stadium akhir. Karena itu ia memutuskan untuk pergi tanah kelahirannya di pulau Ikaria dan ingin wafat di sana. Bersama istrinya ia pun pergi ke Ikaria.
Moraitis pulang ke orangtuanya yang masih hidup dan sehat. Tentu saja teman-teman masa kecilnya menyambut dan menemani Moraitis yang terbaring saja di tempat tidur. Tiap hari Moraitis ngobrol berjam-jam bersama teman-temannya yang menikmati wine yang mereka buat sendiri dari anggur yang mereka tanam sendiri di kebun mereka sendiri pula. Moraitis pun akhirnya ikut menikmati wine itu, dengan harapan bisa wafat dalam keadaan bahagia bersama teman-teman masa kecilnya.
Setelah beberapa hari pulang di Ikaria, Moraitis malah merasa lebih nyaman. Kesehatannya tidak bertambah buruk. Setelah sebulan ia malah merasa sehat. Beberapa bulan kemudian ia malah sudah ikut pergi bekerja di kebun dan ladang. Moraitis kemudian memiliki kebun dan ladangnya sendiri di mana ia menanam berbagai tanaman sayuran dan buah-buahan, tentu termasuk pohon zaitun dan anggur yang menjadi andalan warga Ikaria selama ratusan tahun.
Tahu-tahu waktu berlalu cepat tanpa terasa oleh Moraitis, ia telah tinggal selama lebih dari 35 tahun di pulau itu dan dalam keadaan sehat, aktif, dan mampu berkebun, berladang, serta menghasilkan 400 galon wine per tahun dari ladang anggurnya sendiri. Ia bahkan sempat jalan-jalan ke Amerika dan mencari dokter-dokter yang dulu telah memberinya diagnosa kanker, namun ternyata para dokter itu semuanya telah wafat.Â