Diiringi peluit khas, semakin mendekat
Deru yang perlahan menggetarkan pijakan
Langkah dipercepat mencari ruang
Sedikit desakan karena beda arah
Langkah terhenti
Duduk, sandarkan beban
Hampir tak temui orang tua di sini
Menerka pembicaraan sekitar ialah desus tanda pejuang
Pandangan tak lepas ke arah jendela
Sawah, pemukiman, perkotaan dilewati dan ditinggalkan
Hingga sampai mengantar diri pada tempat perjuangan
Semua keluar dengan raut semangat bercampur payah
Langkah melemah seiring dengan senja yang perlahan menghilang
Topeng candaan hanyalah penghibur untuk raga yang kepayahan
(Secuil cerita di tahun dua ribu sembilan belas, antara Madiun dan Surabaya)