Duduk di halte bersama sahabat setia ku
Hanya sebatang, namun kerap berseteru
Dan mereka pun mulai menggerutu
Maaf, inilah wajahku
Kala udara saling menyambar
Ringkikan kuda - kuda besi sayup terdengar
Binar mata pun perlahan memudar
Bara api tak hentinya berpendar
Sekali lagi, punggungku kembali kusandar
Seketika itu pun aku seakan tersadar
Aku berselimut asap
Muhammad Iskandar Satriyo Utomo
delapan belas - april - dua ribu sepuluh