Mohon tunggu...
KOMENTAR
Lyfe

Konser Laruku dan Janji Kami di Masa Lalu

4 Mei 2012   17:43 Diperbarui: 25 Juni 2015   05:42 865 0

Penantian panjang kami selama kurang lebih tujuh tahun ini akhirnya terbayarkan dengan digelarnya konser L’Arc-en-Ciel (Laruku) di Lapangan D Senayan kemarin, tgl 2 Mei 2012. Kata “kami” disini merujuk kepada saya dan beberapa teman satu kelas saya di SMIP dulu. Saya, Lydia, Ferino, Rofiq, Ikhsan, Cenny, Andi, Dwi, dan Tia adalah teman dekat pada waktu itu.

Berawal dari Ferino yang gigih mengenalkan lagu-lagu Laruku kepada kami, hingga akhirnya kami jatuh hati kepada band beraliran Japanese Rock yang digawangi empat personil tsb. Suara lembut Hyde, permainan gitar Ken yang apik, petikan bass yang indah dari Tetsu dan hentakan gebuk drum Yukihiro dengan setia menyemangati kami melewati hari-hari kami menuntut ilmu. Tak hanya sebatas Laruku, kami pun rajin mengunjungi festival Jepang (bunkasai) yang dulu masih jarang diadakan di Jakarta. Kami memang menggemari segala hiburan dari negeri sakura, mulai dari musiknya, film, anime, manga sampai kebudayaannya. Tidak sedikit yang menjuluki kami sebagai kelompok anti-mainstream. Sebetulnya tidak ada yang namanya bagus atau tidak bagus, yang ada hanya selera. Dan kebetulan, kami memiliki selera yang sama dalam menilai dan menikmati suatu hiburan.

Dulu setiap ada jam kosong di kelas, kami pasti langsung berkumpul untuk sama-sama mendengarkan lagu Laruku. Karena jaman dulu internet masih belum mudah diakses seperti sekarang, maka jadilah kami menunggu update dari Ferino untuk setiap single terbaru dari Laruku. Selain Laruku, kami juga suka mendengarkan lagu dari band Jepang lain, seperti Gazette, Alice Nine, Dir en Grey, dsb.

Jadi ingat, dulu itu banyak penjual DVD bajakan konser Laruku dan band lain di acara jejepangan. Sekarang sih sudah jarang saya lihat. Entah karena sudah banyak keluar download gratisnya di dunia maya atau karena kesadaran dari pihak penjual bahwa meskipun banyak yang minat beli dvd konser tsb, tetap saja itu ilegal. Bagi kami, untuk bisa menonton konser live Laruku di DVD bajakan saja, sudah merupakan kemewahan pada saat itu. Dan, untuk bisa melihat perform band-band lokal yang membawakan lagu Laruku, satu tingkat diatasnya.

Saya tidak tahu persis apa yang ada di pikiran teman-teman saya, namun bagi saya, Laruku itu sama seperti tokoh anime lainnya. Nyata, namun karena sangat tidak mungkin untuk digapai, maka mereka hanya hidup di dalam angan-angan dan mimpi saya. Bukan kami tidak pernah berandai-andai, tetapi wacana tentang nonton konser Laruku Live in Jakarta hanya kami anggap gurauan belaka. Memang tidak ada yang tidak mungkin di dunia ini. Toh, Laruku juga manusia. Bahkan, artis-artis mancanegara yang lebih tenar dari mereka pun banyak yang sudah datang ke Jakarta. Tetapi, justru itu masalahnya. Kalau mereka datang ke Jakarta, apakah ada banyak orang yang mau menonton seperti konser-konser mereka di Jepang yang biasanya dihadiri oleh 50 ribu fans setia mereka? Kami pun berkecil hati.

Pernah di suatu bunkasai, kami menggantungkan “harapan” di pohon tanabata. Harapan untuk bisa melihat live perform Laruku di Jakarta. Suatu hal yang amat-sangat-tidak-mungkin pada saat itu. Tapi, tidak ada salahnya untuk mencoba, tak akan pernah dilarang untuk berharap. Harapan kami agar bisa melihat dengan mata kepala sendiri live performance mereka, berada hanya beberapa meter jauhnya dari mereka, dan berbagi langit yang sama dengan mereka, menjadi janji kami pada saat itu. Janji untuk bisa bersama-sama berkumpul kembali di arena konser, yang entah kapan bisa terwujud. Janji yang kami pun tahu, kecil kemungkinan untuk bisa terwujud.

Sudah lima tahun semenjak hari kelulusan kami dari SMIP, dan kami pun sama sekali tidak pernah membahas tentang janji itu. Bahkan saya pun sudah tidak seantusias dulu dalam mengikuti perkembangan terbaru Laruku. Pernah sih, beberapa kali datang ke bunkasai, tapi paling hanya sebagai pilihan apabila sedang bosan menghabiskan waktu luang di pusat perbelanjaan. Tetapi, kami masih sering ngumpul sambil cerita ini-itu, masih seperti dulu. Hampir tidak ada yang berubah. Yes, we’ve grown up a lot, but we remain best friends.

Sampai di awal tahun 2012 berhembus kabar bahwa Laruku akan menghelat tur dunia-nya untuk memperingati 20 tahun karir mereka di dunia industri musik. Banyak petisi dilayangkan ke promotor musik untuk bisa menggaet mereka mampir ke Jakarta. Secepat kilat saya infokan hal baik ini ke teman-teman saya. Mereka menanggapi dengan dingin dan menganggap itu hanya kabar burung. Memang sih, sudah banyak berita heboh yang mengabarkan mereka akan datang ke Jakarta, tapi tidak pernah twrwujud. Lalu, akhir bulan Januari lalu, salah satu promoter musik –Marygops– membuat pernyataan bahwa mereka akan mendatangkan Laruku ke Jakarta tgl 2 Mei! Jantung saya serasa berhenti sejenak. Saya masih belum percaya sampai ada pernyataan resmi di website Laruku mengenai kedatangan mereka ke Jakarta.

Waktu berjalan begitu cepat, dan tanggal 2 Mei pun akhirnya tiba.

Saya masih tidak percaya, saya beserta Ferino, Rofiq dan Ikhsan akhirnya berkesempatan untuk melihat langsung aksi Hyde, dkk di atas panggung! Di Senayan, Jakarta, Indonesia. Suatu mimpi yang kami jadikan bahan gurauan karena saking tidak masuk akal-nya, akhirnya menjadi nyata. Walaupun tidak semua dari kami datang menghadiri konser tsb, namun setidaknya kami sudah memenuhi janji. Janji untuk bisa hadir dan menyaksikan konser Laruku di Jakarta. Dan, ketika mereka melantunkan lagu Hitomi no Juunin, sepintas bayangan akan masa-masa menyenangkan kami di SMIP hadir kembali. Hadir di dalam memori saya akan masa lalu. Hadir ditengah-tengah larutnya fans yang bernyanyi diiringi oleh gemerlap lampu, yang turut mengambil bagian atas terwujudnya impian kurang lebih 10 ribu orang disini.

Rintik hujan yang mengiringi lagu Anata seolah-olah berbicara kepada kami, bahwa apabila kamu sungguh memiliki niat yang tulus dan usaha yang kuat untuk mewujudkan impian terbesar kamu, maka impian itu akan jadi nyata. Sungguh penantian yang berakhir indah. It’s not just a concert, but it’s a dream come true.

What have changed for us longtime fans is us. We’ve grown up, we’ve gotten older as they are. The music of L’Arc-en-Ciel hasn’t necessarily aged with us, rather it has transcended the tags we’d apply to music or bands that have been around 20 years. They still like a rainbow. They are still creating new music, they are still tweaking our imaginations. They still, 20 years since their conception, simply are.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun