Mohon tunggu...
KOMENTAR
Lyfe

Grafik Impian : Menuliskan Sasaran Hidup Supaya Tidak Menjadi Angan-Angan

19 Februari 2011   11:15 Diperbarui: 26 Juni 2015   08:28 589 7

Sasaran hidup yang tidak dituliskan hanya akan menjadi sebuah angan-angan. Begitu kata Sean Covey dalam bukunya yang berjudul 7 Habits Of Highly Effective Teens. Buku lama yang terbit pada tahun 2001 ini, saya temukan diantara tumpukan buku di laci kantor saya ketika saya berbenah meja kantor. Ketika ingin mengulang kembali informasi yang saya terima dari buku tersebut dengan cara membacanya lagi, saya menemukan kalimat sederhana tersebut yang ternyata efektif untuk dilakukan oleh remaja pada jaman sekarang ini.

Buktinya ini.

Dua minggu yang lalu, saya mencoba untuk mencari tahu apa sasaran masa depan siswa saya dan langkah-langkah apa saja yang sudah mereka rencanakan untuk mewujudkannya. Yang saya lakukan adalah menyuruh mereka menyebutkan secara lisan di depan teman-teman mereka apa saja sasaran masa depan mereka dan apa saja langkah yang sedang mereka rancang atau sudah mereka lakukan. Ternyata, mereka hanya bisa menyebutkan sasarannya saja tanpa bisa menyebutkan langkah-langkah pencapaian. Dan rata-rata jawaban mereka adalah ingin menyenangkan orang tua, menjadi orang yang bermanfaat untuk orang lain dan menjadi orang yang sukses. Tidak ada jawaban yang spesifik yang sesuai dengan bakat dan minat mereka pada bidang tertentu.

Melihat jawaban mereka yang masih belum banyak tergali, akhirnya mulai seminggu yang lalu, saya mengganti cara penggalian informasi. Menuliskan sasaran masa depan mereka yang sesuai dengan bakat dan minat mereka saat ini dan menuliskan pula langkah-langkah yang akan atau sudah mereka rencanakan untuk mewujudkan sasarannya. Bukan sekedar menuliskan, tetapi membuat grafik. Saya menamakannya grafik impian. Memulai menggambar grafik pada masa sekarang yaitu ketika mereka masih SMP lalu menarik beberapa garis panah untuk menunjukkan langkah-langkah pencapaian sasaran (garis panahnya bisa bercabang) dan penarikan garis panah lagi untuk menunjukkan sasaran yang diinginkan di masa mendatang.

Dan saya sebagai guru pembimbing hanya memberikan motivasi kepada mereka untuk menggambarkan apapun impian mereka. Gantungkan cita-cita setinggi langit dan tidak ada yang melarang kita untuk bermimpi apapun.

Pensil, bolpoin dan spidol pun mulai bergerak di atas kertas. Ada yang bekerja sendiri tanpa mau diganggu teman-temannya, ada pula yang ramai karena terlalu gembiranya akan sasaran masa depannya yang terkadang menurut teman-temannya terlalu mustahil untuk bisa dia raih. Tapi biarlah, saya tidak banyak berkomentar. Itu sasaran masa depan yang mereka inginkan, yang masih akan mereka gambarkan, yang akan mereka raih. 45 menit waktu yang saya berikan untuk mereka. Ada yang menggunakan waktu itu dengan baik, ada pula yang tidak. Ada yang bertanya tentang benar tidaknya langkah pencapaian mereka, ada pula yang menyembunyikan hasilnya ketika saya berniat melihat proses pengerjaannya.

Setelah semua siswa mengumpulkan grafik impian miliknya masing-masing, saya hanya tinggal mengamati saja. Beberapa siswa, bisa menggambarkan secara rinci langkah-langkah pencapaian sasaran mereka tetapi ada pula yang sederhana saja menggambarkannya. Apapun itu hasilnya, saya berikan apresiasi yang baik atas usaha mereka.

Yang menarik perhatian saya adalah dua siswa program inklusi yang saya bimbing. Ali dan Milzam. Ali yang tergolong sebagai siswa kesulitan belajar dengan autis ringan dan Milzam yang termasuk pada autis berat. Keduanya setiap hari didampingi oleh guru pendamping khusus yang mengarahkan mereka untuk bisa menjalani aktifitas sehari-hari di sekolah. Saya hanya mengatakan kepada guru pembimbing supaya mereka mendampingi kedua siswa inklusi tersebut untuk menyelesaikan tugas dari saya karena tugas ini bersifat abstrak. Hasilnya? Sungguh di luar dugaan. Meskipun grafik impian mereka sangat sederhana tetapi sudah menunjukkan keseriusan mereka untuk menyelesaikan tugas dari saya. Ternyata, anak berkebutuhan khusus juga memiliki impian tentang bagaimana masa depan mereka nantinya.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun