__________________________________
1,5 bulan yang lalu
“Kenapa anak saya tidak bisa ikut, Bu? Saya yakin dia mampu kok.” Pria itu mendesak seorang wanita muda yang bekerja sebagai tutor di tempat putri keduanya mengikuti les sempoa.
“Bapak, mohon pengertiannya. Bapak sendiri tahu kalau putri Bapak nilai-nilai latihannya hampir semuanya merah. Dia juga memiliki konsentrasi yang mudah terganggu di kelas.”
“Tapi di rumah dia mampu. Ketika istri saya memberi soal yang banyak, dia menyelesaikan dengan baik. Bahkan jawabannya banyak yang betul.” Bela pria itu ketika wanita muda itu membeberkan fakta tentang hasil latihan putrinya di tempat les.
“Itu di rumah, Pak. Ketika di tempat les, dia malah sering berlarian dan menganggu teman-temannya.”
Pria itu terdiam mendengar ulasan tentang perilaku anaknya di tempat les. Benar memang, putri keduanya ini sangat hiperaktif, berbeda dengan putri pertamanya yang cenderung kalem. Tapi dia tetap yakin kalau putri keduanya mampu mengikuti lomba sempoa untuk tingkat pemula yang diadakan sebulan lagi.
“Baiklah, saya akan coba latih dia sendiri di rumah. Anggap saja bimbingan tambahan. Tapi jika dia mampu menyelesaikan soal-soal yang diberikan kepadanya seminggu sebelum lomba, tolong ikutkan dia.” Pria itu mencoba menawar. Riskan bagi keduanya karena melibatkan harga diri pria itu dan lembaga tempat wanita itu bekerja.
Hening beberapa menit yang disusul dengan anggukan wanita muda itu.
___________________________
Pria itu tersenyum puas memandang piala yang terbuat dari kaca beralaskan batu marmer. Dialihkan pandangannya pada selembar kertas bertuliskan nama putri keduanya yang sedari tadi dipegangnya. Ada beberapa poin yang dijadikan patokan olehnya dalam membimbing putrinya.
IQ : 139
Kemampuan Numerikal : 97
Kecepatan dan Ketelitian : 90
Saran : Bimbing anak dengan menggunakan metode pilihan sebagai sarana peningkatan konsentrasi.