Tak pernah terpikirkan olehku sedikit dilirik oleh teman-teman, mendapat eluan, motivasi, dan pujian yang membangun. Aku bangun, shalat, mandi lalu berangkat sekolah. Aku duduk, bengong, kosong, istirahat, masuk lagi, istirahat, masuk lagi, lalu pulang. Aktivitasku yang kulakukan selama sebelas tahun. Jangankan untuk sekadar membaca sebuah novel, antologi cerpen ataupun antologi puisi, membaca selembar paper pelajaran pun sangat berat rasanya. Sekalipun orang tuaku menyuruh membaca buku-buku pelajaran dengan nada menjurus ketus. Hmmm... aku langsung bangun, ku baca sebuah buku, aku baca sambil tiduran sampai tertidur. Aku tahu reaksi orang tuaku sebenarnya, walaupun aku tak melihat mimik mukanya, tak mendengar bentaknya, tak merasakan tangisan dalam hatinya. Tidaklah aku menghiraukan sesuatu yang aku sendiri tahu artinya. Ku coba merubah diri, mencoba berubah aktif dalam kepasifanku yang maksimal. Setelah aku bangun, aku coba untuk mendekati orang tuaku, sedikit menstimulus mereka untuk selalu memaafkanku. Aku coba dengan membantu mencuci pakaian dan motor. Tak keluar sedikitpun kata dari mulut mereka, nampak sangat kesal. Seperti hal biasa yang terjadi padaku saat mereka kesal. Aku raih handuk, bergegas mandi, lalu shalat, sarapan, dan berangkat sekolah. Ku nyalakan motor setelahnya, ku tunggu sebentar sampai mesinnya panas lalu berangkat.
KEMBALI KE ARTIKEL