Mohon tunggu...
KOMENTAR
Pendidikan

PMS dan Tuntutan Profesionalisme

6 Januari 2013   10:05 Diperbarui: 24 Juni 2015   18:27 361 5



PMS atau premenstrual syndrome adalah suatu gejala berupa rasa gundah gulana, sedih, mudah tersinggung, mudah marah, mood yang mudah berubah,  yang kerap melanda kaum wanita pada periode menstruasi. Penyebab timbulnya sindrom ini masih belum jelas, namun menurut beberapa penelitian kadar hormon yang mengalami fluktuasi dan ketidakseimbangan hormon pada saat periode menstruasi tiba adalah penyebabnya.  Selain berupa perubahan emosi dan kejiwaan, secara fisik PMS juga menimbulkan beberapa gejala tidak nyaman pada wanita seperti kram perut, mulas, mual, sakit kepala, dan gangguan ketidaknyamanan fisik lainnya. Walaupun gejala PMS tidak selalu sama pada setiap wanita, diyakini lebih dari 85% wanita usia subur pernah mengalami gejala PMS ("Premenstrual Syndrome" Wikipedia: The Free Encylopedia).

Menurut catatan harian saya sendiri, karena saya mencatat dengan rajin periode menstruasi saya, saya mengalami gejala PMS ini dengan berbagai macam perubahan emosi, biasanya seminggu sebelum menstruasi. Beberapa kali saya mengalami kesedihan yang kelabu dan tiba-tiba hanya karena melihat awan yang mendung, tersinggung oleh candaan sepele, dan menitikkan air mata berlebihan saat menonton film kartun -yang bahkan bukan film sedih sama sekali, apalagi bila menonton film Titanic, saya bisa merasakan kesedihan berkepanjangan sesudahnya. Kadang-kadang juga saya mudah marah tanpa sebab yang jelas. Beberapa kali juga saya mengalami sakit kepala, sulit tidur, perut kembung dan kram perut.

Saat mengalami perubahan emosi dan ketidaknyamanan ini sejujurnya  saya pikir PMS ini sangat mampu menjadikan keseharian sangat sulit untuk dilewati bagi diri saya sendiri maupun orang di sekitar saya. Apalagi sebagai perempuan yang bekerja dengan berkarir, sikap profesional menjadi tuntutan. Profesionalisme tidak memandang bulu kepada  lelaki atau perempuan, PMS ataupun tidak. Apa jadinya bila tuntutan pekerjaan mengharuskan kita melakukan rutinitas sehari-hari dalam  bekerja seperti melakukan presentasi, negosiasi, dan menjalankan fungsi manajerial untuk menjaga kekompakan tim yang kita pimpin, lalu menjadi terganggu akibat kedatangan PMS sebagai tamu bulanan ini? Saya juga bekerja di perusahaan dimana di departemen saya mayoritasnya  adalah pria. Konsekuensi kesetaraan gender dalam sikap profesionalisme untuk menjalankan fungsi dan tugas dalam pekerjaan serta menjalankan fungsi manajerial, membuat saya harus bisa mengatakan TIDAK kepada PMS.  PMS boleh datang tapi sebaiknya sikap dan emosi kita harus tetap terjaga dan stabil.

Walaupun demikian sebagai wanita dengan fisiologi kewanitaan normal, kedatangan beberapa kali sindrom PMS ini tentu saja tidak dapat dihindari. Pernah saya alami di tengah kemelut tuntutan penyelesaian proyek dengan deadline ketat  untuk suatu pekerjaan, saya ditingkahi pula  dengan kedatangan tamu bulanan dengan kram perut dan emosi yang labil. Apalagi keesokan harinya saya harus presentasi. Kurang tidur, kelelahan, juga kram perut  dan rasa kembung yang tidak enak saya rasakan di pagi hari. Ditambah lagi bila menjelang menstruasi seperti saat itu, saya juga banyak berkeringat. Ini sangat menjengkelkan bagi saya, karena menjadi tidak nyaman dalam menggunakan pakaian formal untuk ke kantor, juga mengundang bau badan yang tidak sedap. Semua menjadi serba salah saya hadapi saat mengalami PMS.

Hari itu setelah selesai dalam melaksanakan presentasi dan diskusi tanya jawab yang berlangsung kurang nyaman, saat keluar dari ruang meeting saya merasakan pandangan yang berkunang-kunang, keringat dingin keluar banyak sekali, pandangan mengabur dan sekitar saya semua menjadi berwarna kekuningan. Saya nyaris pingsan. Teman-teman saya datang menolong dan memberikan teh manis, malu juga digotong-gotong orang. Beberapa teman wanita yang pernah mengalami hal yang sama menyarankan saya untuk berkonsultasi dengan dokter atau meminum obat pengurang derita PMS. Demikian derita PMS pernah membuat suatu hari menjadi begitu kelabu bagi saya.

Di hari lainnya sindrom PMS ini juga sangat mempengaruhi terhadap emosi. Misalnya bila ada yang menyampaikan sesuatu yang kurang menyenangkan atau perkataan berupa  candaan biasa, dikarenakan emosi yang sedang  'sensi' hal-hal tersebut bisa menjadi suatu yang sangat menyinggung. Dalam hal tersebut saya mengingatkan diri sendiri bahwa saya sedang mengalami PMS, menarik napas panjang, menenangkan diri, berdiam sejenak, dan memikirkan kembali perkataan yang saya terima tersebut.  Sambil berpikir, ini di kantor. Segala sesuatu harus dihadapi dengan kepala dingin. Biasanya bila dipikir ulang, emosi yang naik akan mereda dengan sendirinya.

Biasanya setelah menenangkan diri maka saya akan mencoba berpikir secara logis bahwa omongan yang saya anggap menyinggung pada awalnya tersebut adalah komentar biasa saja yang terlalu saya tanggapi dengan reaksi yang berlebihan. Ini untuk menghindarkan diri pada pertengkaran yang tidak jelas, baik dengan rekan sekerja atau orang lain di sekitar saya. Sungguh memalukan bila di dunia kerja, kita tidak dapat mengkontrol emosi kita dalam berinteraksi hanya gara-gara PMS, tidak profesional kan itu namanya.Setelah sering mengalami penderitaan berulang  dan ledakan emosi yang kadang membuat saya malu sendiri, saya pun mencari kiat-kiat untuk menghindari dampak PMS ini agar tidak mempengaruhi emosi dan fisik saya. Paling tidak dikurangi dan terkendali.

Beberapa cara ini saya lakukan dibawah ini untuk dapat menghindarkan timbulnya gejala PMS yang berlebihan sehingga dapat merugikan diri sendiri akibat kinerja yang menurun ataupun hubungan kerja dan sosial yang terpengaruh gara-gara gangguan emosi yang labil ini.


  • Tidur dan istirahat yang cukup.  Dengan tidur dan istirahat yang cukup maka gangguan derita karena sakit dan lelah di tempat kerja saat menjelang dan di waktu haid dapat dikurangi.
  • Makan makanan yang sehat dan minum vitamin.Menghindari makanan berlemak tinggi dan memperbanyak konsumsi buah-buahan dan sayuran.
  • Menghindari dan mengatasi stres. Stress dapat memicu dan menambah gejala PMS menjadi lebih berat dirasakan. Saya mendengarkan lagu-lagu yang menenangkan juga menonton film-film lucu untuk menghibur diri.
  • Tetap berolahraga, namun tidak memaksakan diri untuk melakukan olahraga berat. Olahraga ringan dan relaksasi adalah yang paling saya suka, misalnya melakukan yoga yang sederhana. Selain memberikan relaksasi pada otot-otot juga menenangkan pikiran.
  • Minum banyak air putih dan jus buah-buahan. Menghindari minuman yang membuat gas berlebihan pada pencernaan dan yang berpotensi menimbulkan sakit perut atau naiknya asam lambung. Karena apabila perut sedang kram karena menstruasi akan tambah tidak enak apabila diganggu pula dengan sakit pada pencernaan.
  • Membuat jamu atau meminum obat herbal. Selain untuk mengurangi derita PMS juga mengurangi bau tak sedap saat menstruasi. Resep warisan leluhur melibatkan beberapa komponen tanaman seperti jahe, kunyit, kencur, buah asam, juga sirih. Saya sering membuatnya sendiri.  Karena saya penggemar minuman herbal, saya sering menggunakan obat berupa herbal untuk mengatasi sindrom PMS yang saya derita. Saya mendapatkan info juga bahwa buah Mahkota Dewa (Phaleria macrocarpa) mampu mengatasi gejala akibat PMS.
KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun