Dalam cerpen "Lelaki yang Tak Pernah Menangis". Pengarang menggunakan banyak elemen bahasa kias untuk menggambarkan perasaan karakter utama, yakni seorang lelaki yang terlihat keras dan tidak pernah meneteskan air mata. Cerpen ini menyelidiki konflik batin, kerentanan, dan ketegaran  dalam karakter tersebut.
Menidentifikasikan beberapa jenis bahasa kias yang digunakan dalam cerpen diantaranya:
1. Metafora
Contoh: "Air mata adalah sungai yang mengalir ke hati."
Analisisnya  adalah bahwa Metafora ini menggambarkan perasaan kesedihan yang mendalam dan tidak terbendung. Air mata disamakan dengan sungai, yang menandakan bahwa emosi tersebut mengalir terus-menerus, seolah-olah tak ada akhir. Hal ini  memberikan kesan bahwa karakter utama menyimpan banyak perasaan yang tak bisa dihentikan, menggambarkan kerentanannya di balik penampilannya yang keras.
 2. Simile
Contoh: "Wajahnya seperti batu yang keras."
Analisis: Simile  menggambarkan ketegaran dan ketidakmampuan karakter untuk menunjukkan kelemahan atau perasaannya. Batu di sini adalah simbol dari kekerasan hati dan ketegaran fisik, serta ketidakmampuan karakter untuk menangis atau mengungkapkan kesedihan, yang menjadi tema utama dalam cerpen ini.
3. Personifikasi
Contoh: "Angin berbisik di telinga, menyampaikan pesan yang tak terucapkan."
Analisis: Personifikasi ini memberi kesan bahwa angin bisa berbicara dan menyampaikan perasaan yang begitu  tersembunyi.  Dan Angin, sebagai elemen alam, diubah menjadi pembawa pesan yang penuh makna, seolah-olah ia mengerti pergolakan batin si tokoh utama. Ini menciptakan suasana yang penuh dengan emosi yang terpendam, yang tidak diungkapkan secara langsung oleh karakter.
 4. Hiperbola
Contoh: "Aku sudah menunggu seribu tahun untuk bisa menangis."
Analisis: Hiperbola ini menunjukkan betapa besar dan beratnya perasaan karakter yang terpendam. Menunggu "seribu tahun" adalah cara berlebihan untuk menekankan betapa lamanya waktu yang telah dilalui tanpa bisa mengekspresikan perasaan. Hal ini memperlihatkan konflik batin yang besar, seolah-olah karakter tersebut terperangkap dalam waktu yang tak berkesudahan.
Hubungkan Bahasa Kias dengan Tema dan Suasana
Bahasa kias dalam cerpen ini sangat erat kaitannya dengan tema utama, yaitu perjuangan batin, pengekangan emosi, dan ketegaran. Berikut ada analisis hubungan bahasa kias dengan tema dan suasana cerpen:
Tema Ketegaran dan Kerentanannya
Bahasa kias seperti "wajahnya seperti batu yang keras" dan "air mata adalah sungai yang mengalir ke hati" ini  sangat efektif menggambarkan kualitas dalam karakter utama. Di satu sisi, ia tampak keras dan tidak tergoyahkan, tetapi di sisi lain, ada perasaan yang sangat dalam dan emosi yang terpendam, yang diungkapkan melalui metafora air mata sebagai sungai. Bahasa kias ini membantu pembaca memahami bahwa meskipun karakter tidak menunjukkan kelemahan secara langsung, ia sebenarnya menyimpan perasaan yang kuat dan mungkin merasa terperangkap dalam dirinya sendiri.
Suasana dan Konflik Batin
Penggunaan personifikasi dan hiperbola ini menciptakan suasana yang penuh ketegangan emosional. Misalnya, angin yang berbisik adalah kalimat hiperbolik "seribu tahun menunggu" menambah kesan kesendirian dan penantian yang tak kunjung berakhir. Ini juga termasuk dalam menciptakan gambaran tentang  betapa beratnya konflik batin yang dialami oleh karakter utama, yang tak bisa meluapkan perasaannya, meskipun dengan tekanan emosional yang kuat.
Analisis Fungsi Estetika
Bahasa kias dalam cerpen ini tidak hanya berfungsi untuk menggambarkan perasaan atau suasana hati karakter saja, akan  tetapi hal ini juga dapat  memperkaya pengalaman pembaca dengan elemen estetika. Penggunaan metafora, simile, dan personifikasi memberikan dimensi baru pada narasi, yang tidak hanya memperindah bahasa saja  tetapi juga memperdalam pemahaman pembaca terhadap karakter dan konflik dalam sebuah  cerita.
Misalnya, pernyataan tentang "angin berbisik" . Ini memberikan kesan magis dan puitis yang membuat cerpen ini lebih dari sekadar narasi biasa. Hal ini menunjukkan betapa kuatnya perasaan yang ingin disampaikan, meskipun karakter utama tidak mampu mengungkapkannya secara verbal.
Simpulan dari keseluruhan, bahwa  bahasa kias dalam cerpen yaitu  "Lelaki yang Tak Pernah Menangis" berfungsi untuk memperdalam tema tentang ketegaran, kerentanannya, dan konflik batin yang dihadapi oleh karakter utama. Metafora seperti "air mata adalah sungai yang mengalir ke hati" dan simile seperti "wajahnya seperti batu yang keras" menciptakan gambaran yang begitu  kuat tentang perasaan yang terpendam dan ketidakmampuan karakter untuk menunjukkan kelemahannya. Personifikasi dan hiperbola ini  semakin mempertegas suasana batin yang penuh dengan ketegangan dan penantian yang tak kunjung berakhir. Semua ini berkontribusi pada suasana keseluruhan cerpen yang penuh dengan emosi yang tersembunyi.
Dengan hal demikian bahasa kias dalam cerpen ini bukan hanya memperindah narasi saja, tetapi juga memperdalam pemahaman pembaca terhadap tema dan karakter cerita, serta menciptakan atmosfer emosional yang kuat.