Uang merupakan indikator penting dalam perekonomian suatu negara. Seluruh kegiatan dimulai dari produksi hingga konsumsi berkaitan dengan uang. Pemerintah selaku bank sentral yang memiliki tugas sebagai otoritas moneter sering menggunakan instrumen uang sebagai tolak ukur dalam melaksanakan kebijakannya di bidang ekonomi.Â
Definisi uang beredar dalam arti sempit (M1) terbagi menjadi dua yaitu uang kartal dan uang giral. Uang giral merupakan pembayaran sah yang bersifat non tunai dimana fisiknya tidak terlihat. instrumen yang digunakan berupa Alat Pembayaran Menggunakan Kartu (APMK), cek, bilyet giro, nota debit, maupun uang elektronik (card based dan server based).Â
Dengan berkembangnya teknologi, pembayaran non tunai menjadi hal yang tidak lagi asing karena sifatnya yang mudah digunakan kapanpun dimanapun. Pembayaran non tunai juga memudahkan perusahaan yang berbisnis di dunia digital. Â Perekonomian Indonesia berada dalam situasi yang aman dan terkendali meskipun terjadi perang dagang di tahun 2019.Â
Namun pada tahun 2020, saat pandemi mulai menyebar ke seluruh negara hal ini yang menyebabkan perekonomian lemah. Perekonomian di seluruh negara jatuh dan mengalami kerugian yang cukup besar hingga dapat mengakibatkan terjadinya resesi. Terjadinya perekonomian yang melemah dikarenakan kegiatan ekonomi tidak dapat berjalan dengan baik dengan diikuti konsumsi masyarakat yang menurun drastis.
Hal ini berakibat pula pada tingkat suku bunga Indonesia pada tahun 2020 menurun hingga 3,75% pada bulan desember. Menurunnya tingkat bunga guna untuk mencegah terjadinya inflasi dan menjaga agar keseimbangan uang beredar terjaga. Pandemi COVID-19 juga menimbulkan dampak pada inflasi dan nilai kurs. Inflasi sepanjang tahun 2020 merupakan inflasi terendah sepanjang sejarah dengan nilai 1,68%. Terjadinya inflasi rendah tersebut dikarenakan penurunan daya beli masyarakat. Hal ini terjadi pula pada nilai tukar rupiah yang melemah sepanjang tahun 2020 sebesar 2,66% ke level Rp14.525.Â
Pada  pembayaran non tunai tahun 2020 mengalami kenaikan. Hal ini dikarenakan pembayaran non tunai merupakan solusi alternatif bagi masyarakat untuk menghindari adanya kontak langsung dengan orang lain akibat diadakannya social distancing. Menurut Working Paper Bank Indonesia (2006) kehadiran alat pembayaran non tunai (APMK dan E-money) sewaktu-waktu dapat menggantikan peranan uang tunai (kartal) dalam transaksi ekonomi Pembayaran non tunai meningkat di bulan Mei sebesar 25,94% dari sebelumnya 17,31%.Â
Terjadinya pandemi COVID-19 di tahun 2020 memiliki dampak yang positif dan negatif terhadap permintaan uang di Indonesia. Oleh karena itu, pada study ini akan menjelaskan  Analisis Pengaruh Inflasi, BI Rate, Nilai Tukar Rupiah dan Pembayaran Non Tunai Terhadap Permintaan Uang Di Indonesia Tahun 2018-2020.
Laju pertumbuhan ekonomi Indonesia cenderung stagnan di 5% dan ini masih jauh dari harapan pemerintah. Padahal kebijakan moneter dan fiskal sudah banyak dilakukan upayanya untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi Indonesia, namun masih banyak pekerjaan yang mungkin dapat dilakukan untuk lebih meningkatkan nya lagi. Hal tersebut sangat menjadi pikiran oleh sektor ekonomi dalam pemerintahan. Dari sisi fiskal, pemerintah telah mendorong anggaran belanja negara menjadi lebih besar dengan adanya kebijakan fiskal ekspansif dari penerapan kebijakan defisit.Â
Kebijakan tersebut digunakan untuk menstimulasi perekonomian nasional melalui peningkatan anggaran belanja modal untuk pembangunan nasional dalam meningkatkan daya saing dan kapasitas produksi. Begitupun dari sisi moneter, Bank Indonesia sebagai otoritas moneter di Indonesia juga telah melakukan berbagai upaya dalam mendorong agar bagaimana perekonomian nasional tetap stabil dan tumbuh dengan baik, diantaranya dengan diterapkan kebijakan moneter ITF dimana inflasi sebagai sasaran utama.
Berbagai upaya telah dilakukan namun apamungkin ada beberapa kesalahan yang terjadi saat pemerintah melaksanakan kebijakan tersebut, hal itu menjadi pertanyaan bagi para ahli. Namun diantaranya ada permasalahan ekonomi yang masih rawan terjadi di Indonesia, yaitu tingkat inflasi, penyerapan tenaga kerja, tingkat output, serta neraca pembayaran.
Keempat hal tersebut dapat dikendalikan oleh pemerintah dengan penerapan kebijakan moneter maupun kebijakan fiskal. Sudah lama kesinambungan antara kedua kebijakan ini menjadi perbincangan serta perdebatan negara dalam pengambilan keputusan kebijakan ekonomi. Kebijakan moneter lebih terarah pada stabilitas harga pasar, sedangkan kebijakan fiskal lebih terarah pada tingkat pertumbuhan perekonomian Indonesia.
Permasalahan utama nya yaitu pada trade-off antara pencapaian stabilitas harga dan pertumbuhan ekonomi terutama dalam jangka pendek. Apabila terjadi defisit fiskal dengan skala tinggi maka dapat menyebabkan pertumbuhan tingkat inflasi nasional. Sehingga penggunaan salah satu kebijakan akan menyerang kebijakan yang lain, atau secara singkatnya bertentangan satu sama lain.Â
Oleh karena itu harus ada sinergi bauran kebijakan yang dijalankan agar mencakup dua aspek yang saling melengkapi. Keduanya memiliki hubungan dimana kebijakan moneter maupun kebijakan fiskal menemukan titik yang tepat atas instrumen yang digunakan pada setiap kebijakan yang diluncurkan pemerintah. Peran dua kebijakan tersebut apabila berkesinambungan, akan memperkuat perekonomian Indonesia.
Dapat ditarik kesimpulan bahwa kebijakan fiskal dan kebijakan  moneter merupakan hal yang sangat berpengaruh pada kestabilan perekonomian negara. Setiap kebijakan memiliki kelemahan dan keuntungannya masing -- masing. Kebijakan fiskal berpengaruh pada sektor perpajakan sedangkan kebijakan moneter berpengaruh pada sektor perbankan. Kedua kebijakan juga sering bertentangan satu samalain sehingga pemerintah harus lebih memerhatikan dampak yang akan terjadi apabila salah satu kebijakan dilakukan, dan harus memiliki backup apabila salah satu kebijakan melihatkan kelemahannya pada saat salah satu kebijakan dilakukan.
Penulis juga memberikan beberapa solusi jangka pendek dan jangka panjang untuk membantu pertumbuhan perekonomian Indonesia. Pengelolaan sumber daya ekonomi yang dilakukan secara efektif dan efisien akan memberikan pengaruh pada peningkatan daripada kesejahteraan semua lingkup masyarakat. Pengaruh terhadap kesejahteraan bisa terwujud jika tingkat pertumbuhan ekonomi melebihi tingkat kenaikan jumlah penduduk negara dalam memanfaatkan dan mengelola sumber daya untuk output riil yang maksimal.
Â
DAFTAR PUSTAKA
Bank Indonesia. (2020). BI Rate. Dipetik 06 02, 2021, dari Badan Pusat Statistik: https://www.bps.go.id/indicator/13/379/2/bi-rate.html
Bank Indonesia. (2021). Kurs Transaksi Bank Indonesia. Dipetik 06 02, 2021, dari Bank Indonesia: https://www.bi.go.id/id/statistik/informasi-kurs/transaksi-bi/Default.aspx
Bank Indonesia. (2021, 05 31). Statistik Ekonomi dan Keuangan Indonesia. Dipetik 06 02, 2021, dari Bank Indonesia: https://www.bi.go.id/id/statistik/ekonomi-keuangan/seki/Default.aspx#headingOne
Bank Indonesia. (2021). Statistik Sistem Pembayaran (SSP). Dipetik 06 02, 2021, dari Bank Indonesia: https://www.bi.go.id/id/statistik/ekonomi-keuangan/ssp/uang-elektronik-jumlah.aspx
Liputan6.com. (2021, 01 27). Sepanjang 2020, Nilai Tukar Rupiah Melemah 2,66 Persen. Dipetik 05 23, 2021, dari Liputan6.com: https://www.liputan6.com/bisnis/read/4468364/sepanjang-2020-nilai-tukar-rupiah-melemah-266-persen
S, L. J. (2021, 01 04). BPS: Inflasi 2020 Terendah Sepanjang Sejarah RI. Dipetik 05 23, 2021, dari CNBC Indonesia: https://www.cnbcindonesia.com/news/20210104125752-4-213302/bps-inflasi-2020-terendah-sepanjang-sejarah-ri
Wauran, R. L., & Prastio, W. (2015). ANALISIS PENGARUH SISTEM PEMBAYARAN NON TUNAI DAN VARIABEL -- VARIABEL MAKROEKONOMI TERHADAPPERMINTAAN UANG KARTAL DI INDONESIA PERIODE 2009 - 2015. Institut Bisnis dan Informatika Kwik Kian Gie.