1. dan lain-lain/dan sebagainya
Kata ini biasa diucapkan ketika menyebutkan jumlah dari contoh. Misalnya pada pertanyaan mengenai nama anggota kelompok benda, sebutkan alat transportasi yang menggunakan bahan bakar fosil?, kemudian di jawab kereta api, bus, truk dan lain-lain. Bila kata dan lain-lain diucapkan maka dikawatirkan bapak dan ibu guru dianggap tidak tahu pasti nama-nama alat transportasi tersebut. Jadi akan lebih baik bila disebutkan semuanya kecuali jumlahnya memang sangat banyak, sehingga ketika kalimat tersebut ditanyakan dalam ulangan harian, UTS, dan UAS akan mudah untuk memberikan nilai dari jawaban siswa.
2. sedemikian rupa
Kata ini sering diucapkan pada saat menjelaskan tentang sebuah susunan benda ataupun sebuah proses. Misalnya pada pembahasan tentang rangkaian listrik seri, maka pernyataan yang sering disampaikan adalah kabel, saklar, sumber arus, dan bohlam disusun sedemikian rupa sampai membentuk rangkaian listrik seri.Cairan dalam tabung reaksi dikocok sedemikian rupa...Apabila kata sedemikian rupa diucapkan maka dikawatirkan bapak dan ibu dianggap tidak tahu persis bagaimana melakukannya. Dengan demikian kata ini sebaiknya dihindari untuk diucapkan ketika mengajar IPA di kelas. Masih banyak contoh yang lain dan kita sadar atau tidak suka mengatakannya.
3. pokoknya
Kata pokoknya biasa diucapkan bapak dan ibu guru untuk memutus kebuntuan diskusi. Apabila ada anak yang tidak bisa menerima pendapat bapak dan ibu guru maka untuk mengentikan perdebatan biasanya digunakan kata pokoknya. Misalnya, pada penentuan titik didih air, tidak ada satu siswapun yang mendapatkan hasil pengukuran bahwa titik didih air adalah 100 oC, sedangkan buku teks memuat bahwa titik didih air adalah 100 oC. Diskusi akhirnya ditutup dengan kata pokoknya. Bila kata ini sempat terucap maka bapak dan ibu guru sudah kehabisan argumentasi, sehingga kekuasaan sebagai guru yang digunakan. Menghindari kata pokoknya akan membuat bapak dan ibu guru memiliki wawasan yang luas, mampu berfikir alternatif, kreatif, dan kritis dalam melihat permasalahan. Para siswapun juga akan belajar bahwa dalam diskusi adalah adu argumentasi dan tidak memainkan kekuasaan atau egonya sendiri. Menghindari kata pokoknya membuat kita terhindar dari sebutan mau menang sendiri sehingga kalau saya selalu benar dan orang lain selalu salah.
Bapak dan ibu guru bertugas untuk membuat siswa kita cerdas, sehingga para siswalah yang dimotivasi untuk aktif merumuskan konsep-konsep yang dipelajari. Melibatkan siswa dalam proses memang memerlukan waktu yang lebih lama dibanding bila kita hanya memberi informasi saja kepada mereka. Pilihan diserahkan kepada bapak dan ibu guru, tentu saja masing-masing ada resikonya. Mengapa kita tidak memilih yang terbaik, meskipun itu memaksa kita harus bekerja lebih sehingga bapak dan ibu guru lebih lelah bila dibanding dengan ceramah dalam mengajar. Namun bila hasil belajar siswa baik maka rasa lelah akan terbayar dengan kebanggaan karena kita tidak perlu lagi mencarikan cara agar siswa-siswa kita lulus dalam unas. Kita tinggal menikmati saja jerih payah kita ketika mengajar dengan tersenyum menyaksikan siswa kita berbahagia karena lulus unas dengan jujur dan kerja kerasnya. Jasa bapak dan ibu guru akan selalu dikenang selama hayat dikandung badan. Salam.