Diaz masih termenung , padangannya kosong kedepan .
“ Maafin nenek ya sayang , gak cepat cepat ngeluarin kamu dari tempat terkutuk itu … ” . Lanjut si nenek sambil mengelus ngelus rambut Diaz yang lurus dan hitam yang kini sudah nampak gondrong . Air mata Diaz menetes tak terasa .
“ Nek , Diaz janji gak akan ngecewain nenek lagi … ” . Kata Diaz dengan penuh penyesalan ketika berada di dalam mobil menuju perjalanan pulang ke rumahnya . Sepertinya penjara telah membuatnya jera kali ini .
“ Iya … nenek percaya sama cucu nenek ko ! ” . Jawab nenek rentan itu penuh haru , tanganya yang keriput mengenggam tangan Diaz erat .
“ selama kamu berada disana Ipeh hampir tiap hari menelpon nenek , dia selalu menghibur nenek . Nenek rasa dia memang bisa jadi istri yang baik Yaz , makanya setelah pertemuan nanti , nenek berharap banget kalian langsung ngeresmiin saja hubungan ” . Celoteh si nenek . Mendengar cerita neneknya barusan , Diaz tersipu malu .
“ Tapi aku telah ngecewain dia nek , aku juga gak yakin kalau dia masih mau sama aku … ”
“ kalau Nenek rasa sih gak akan seperti itu , tapi nanti kamu harus minta maaf dan janji gak akan buat dia kecewa lagi … ”
Diaz menganggukan kepala .
Pak sopir yang menyaksikan adegan sedih antara nenek dan cucu itu pun ikut terharu . Cuaca Jakarta sangat panas terasa pada siang itu , Diaz pun segera melemparakan padangannya keluar sana dengan maksud untuk menyembunyikan air mata yang sendari tadi tak hentinya menetes .
Satu minggu sudah Diaz menghirup udara kebebasan , untuk menghilangkan kepenatannya dia memilih kota Bandung . Tak hanya untuk itu , tujuan lain dia ke Bandung adalah untuk melakukan pertemuan dengan keluarga Ipeh terlebih dahulu . Hanya sekedar untuk membuktikan akan kesungguhannya terhadap Ipeh.
Di sebuah vila miliki keluarganya dia mencoba mencari suasana baru . Setelah dirasa hatinya cukup tenang Diaz pun kembali mengaktifkan ponselnya . Begitu banyak pesan yang masuk tapi matanya langsung tertuju pada nama Ipeh .
“ Diaz , bagaimana pun keadaanmu sekarang perasaan aku akan tetap sama dan kita akan tetap pada kesepakatan kita yang dulu . Semangat ya ! ” .
Itu merupakan salah satu pesan yang telah dikirim Ipeh satu bulan yang lalu . Membacanya , Diaz sedih juga malu dan yang paling membuat dadanya sesak tak lain Diaz tak sanggup menahan rasa rindu . Dia rindu suara Ipeh yang selalu bisa membuat hatinya tenang .
Dia pun tak sabar untuk segera menghubunginya tapi tertahan oleh rasa malu yang teramat besar . Dirinya sadar telah membuat Ipeh kecewa , sebagai lelaki dia tidak bisa memegang omongannya . Selang beberapa detik tiba-tiba ada panggilan masuk dari Ipeh , dia pun sempat termenung sejenak . Bingung , antara menekan tombol Jawab atau Tidak ?! .
“ Yaz … ? ”. Terdengar suara Ipeh memanggil namanya di sebrang sana . Diaz masih hening .
“ Yaz , I miss you … , so much … ” .
Mendengar kata rindu yang terlontar , hati Diaz langsung luluh .
“ I miss you too , sayang … ” .
Ipeh di sebrang sana langsung tersenyum lega . Percakapan pun berlangsung hingga satu jam , dua jam sampai tiga jam . Semua kembali seperti dulu dan mereka masih tetap pada kesepakatan pertemuan perdana mereka yang tinggal sisa dua minggu lagi .
Esok harinya Diaz pun mengunjungi kediaman Ipeh . Sebuah rumah yang sangat sederhana dan asri di daerah Jatinangor . Ketika tiba di rumah itu , sambutan hangat dari keluarga Ipeh di terima Diaz . Diaz begitu menyukai anggota keluarga Ipeh yang semuanya sangat ramah , dia pun merasakan kehangatan kasih sayang yang selama ini dia dambakan . Dan seperti itu juga gambaran sebuah keluarga yang selama ini Diaz impikan ketika sudah berumah tangga kelak .
Ketika Diaz menceritakan awal perkenalannya dengan Ipeh , orang tua Ipeh keheranan . Pun mereka berpikir ko ada cinta di antara dua orang yang sama sekali belum pernah bertemu ? Tapi kakaknya Ipeh yang kebetulan sedang libur pada saat itu , dia bisa mengerti tentang cinta maya anak jaman sekarang. Dan tak sedikit juga orang yang menemukan jodohnya lewat jejaring tersebut . Meski Diaz dan kakaknya Ipeh menjelaskan beberapa kali tapi nampaknya mereka belum bisa memahami hingga Diaz pun tertawa geli di dalam hatinya .
“ Bagaimana pun juga , kalau nak Diaz mau serius sama neng Ipeh , bapak hanya bisa mendo’akan semoga kalian berjodoh dan bisa hidup bahagia ” .
“ Iya nak Diaz , semoga kalian berjodoh ya … ” . Kata Ibunya Ipeh dengan senyum merekah di wajahnya yang masih nampak anggun meski usianya sudah paruh baya .
Tinggal sisa lima hari menuju pertemuan , Ipeh di sebrang sana sedang sibuk dengan segala persiapan untuk pulang ke tanah air . Hatinya bergejolak bahagia , namun ada rasa takut menyelinap sanubarinya . Sejujurnya Ipeh takut kalau setelah pertemuan nanti , Diaz tak mampu menerima dia apa adanya . Bagaimana pun mereka kenal di dunia maya yang segalanya penuh dengan tanda tanya dan untuk mendapatkan jawabannya hanya dengan pertemuanlah .
Dia pun terkenang akan percakapannya dulu dengan Diaz , bahwa cinta tulus itu akan terbukti setelah pertemuan nanti . Jikalau setelah pertemuan itu rasa sayang keduanya semakin bertamabah itu artinya mereka saling menyukai masing-masing keperibadian diantaranya dan sebaliknya , jika rasa sayang itu luntur setelah pertemuan , itu artinya rasa yang ada di antara mereka hanya karena ketertarikan fisik semata .
Hari jumat siang Ipeh tiba di tanah air dua hari lebih awal dari jadwal yang sudah di rencanankannya . Dia sengaja pulang lebih awal dan tidak memberitahukan Diaz , maksud hati Ipeh hanya ingin terlebih dahulu minta pendapat dari keluarganya sebelum melakukan pertemuan dengan Diaz nanti.
Ternyata kedua orang tua Ipeh sangat menyukai Diaz , walaupun mereka cuman baru sekali bertemu tapi rupanya Diaz mampu memberi kesan baik di mata kedua orang tuanya . Dan restu pun telah di kantongi Ipeh , dengan begitu dia bisa dengan lega untuk menemui Diaz .
“ Selain ganteng , sikapnya sopan dan dia tidak menunjukan kalau dia masih usia 22 tahun . Intinya dia mampu berpikiran dewasa lah ” . Kata Ibunya Ipeh mengenang masa pertemuanya dulu dengan Diaz .
“ Itu yang penting , usia gak mesti jadi patokan yang penting dia bisa bersikap dewasa ” . Timpa sang bapak sembari menyeruput kopi hitamnya .
“ Jadi Ibu dan bapak sudah yakin dan merestui kami ? . Ujar Ipeh dengan pipinya yang merah merona karena menahan rasa malu . Kedua orang tuanya menganggukan kepala secara bersamaan tanda mengiyakan .
Dua hari sebelum pertemuan Diaz pun telah menyiapkan segalanya termasuk membeli sepasang cincin permata , untuk melamar Ipeh di hari pertemuan mereka nanti sesuai dengan apa yang diharapan neneknya untuk meresmikan hubungannya dengan Ipeh . Dia tak sabar menunggu hari esok , dan waktu pun serasa lamabat berjalan . Tak biasanya dia segerogi saat ini , biasanya dia selalu super pede dengan lawan jenis yang mau dia kencani tapi kali ini dia merasa ada yang beda . Denyut jantungnya serasa berdetak tak normal , sesekali dia tersenyum sendiri layaknya idiot .
“ Ini mungkin yang di namakan cinta ? ” . Diaz membatin sambil bercermin memperhatikan setiap lekuk wajahnya yang berbentuk oval itu .
“ Ikh , ada jerawat ! malu maluin ajah nih ! ” . Raut wajahnya yang tadinya berseri seri tiba-tiba berubah menjadi kecewa ketika melihat ada setitik jerawat di jidatnya .
Minggu pun tiba , Jatinangor Town Square adalah tempat yang mereka pilih untuk melakukan pertemuan perdannya . Cuaca pada siang itu begitu cerah , awan putih nampak bergerumul di langit yang membiru . Seolah dunia mendukung dua insan itu untuk bertemu untuk menyatukan mereka dalam sebuah ikatan cinta suci .
Secerah wajah Ipeh yang terlihat anggun pada siang itu . Dress Vintage style berkerah , dengan perpaduan warna pink berenda putih telah membalut tubuhnya yang langsing tinggi semampai . Dengan rambut di kuncir kuda dan poni depan ciri khasnya makin menambahnya terlihat manis .
Meski usianya sudah terbilang tidak muda lagi tapi Ipeh memiliki muka “baby face ” . Yang dimana orang melihatnya tidak akan percaya kalau usia dia sudah menginjak 25 tahun , dia masih terlihat seperti usia 19 tahunan . Pada siang itu dia ibarat Cinderella yang kesiangan ketika menghadiri pesta , anggun dan mempesona .
Bagaimana pun juga ini pertama kalinya , Ibunya Ipeh melihat senyum manis yang mengembang di wajah putri bubgsunya itu . Tentunya paska kepergian Henrry, lelaki yang sangat Ipeh cintai namun membalasnya dengan pengkhianatan yang sangat membekas di hati , sejak itu senyum manis Ipeh hilang . Ibu paruh baya itu pun tersenyum lega dan hampir meneteskan air mata namun bergegas disekanya.
“ Terimakasih Tuhan , akhirnya aku bisa melihat kembali senyum manis putri kecilku … ” Ibu itu menghela nafas dalam ,“ Terimaksih juga buat kamu Diaz … ” . Hatinya membatin .
“ Ibu , gimana menurut ibu ? ” . Suara Ipeh membuyarkan lamunannya seketika . Ibunya langsung menghampiri putri bungsunya itu dan membereskan tataan bagian rambut Ipeh yang masih terlihat tak rapi .
“ Cantik … ! ” .
Ipeh yang teramat bahagia pada saat itu langsung memeluk sang Ibu. Tangis bahagia di antara Ibu dan anak pun akhirnya terpecah .
Waktu sudah menunjukan hampir pukul 10 siang , masih ada sepuluh menit lagi dari jadwal pertemuan yang sudah di janjikan . Diaz sengaja menyuruh sopirnya untuk menurunkannya di perempatan yang tidak jauh dengan tempat yang telah di janjikan .
Turun dari mobil dia langsung merapihkan pakainnya yang nampak sedikit kusut karena kelamaan duduk di mobil . Diaz pada siang itu juga nampak keren , Diaz memang anak muda yang menganut korea style walaupun dia tidak menyukai lagu-lagu korea . T-shirt putih dengan kerah segitiga di padukan dengan jas berwarna biru tua menjadi gaya andalannya pada siang itu . Nampak causal namun tidak terlalu formal , pokonya pas banget dengan model rambut barunya yang berponi kesamping makin menambahnya terlihat maskulin .
Selang berapa detik Ipeh pun tiba di tempat yang sama dengan menggunakan taxi . Ketika turun dari mobil mata Ipeh langsung tertuju pada sosok Diaz yang hendak melewati zebra ccross . Aneh memang , begitu pertama kali melihatnya Ipeh langsung bisa mengenali Diaz . Setelah merasa yakin bahwa itu Diaz , Ipeh mencoba untuk mengejarnya dan memanggil manggil namanya . Tapi sayang telinga Diaz yang pada saat itu tertutup oleh earphone , terlalu asyik mendengarkan mp3 dari Ipadnya tak bisa mendengar seruan Ipeh yang sudah berada satu meter di tepat belakangnya . Pada saat itu hanya ada sekitar lima orang yang akan menyebrangi jalan .
“ Diaz … ! ” . Untuk kedua kalinya Ipeh memanggil tapi Diaz tetap asyik dengan lagu lagu favoritenya .
Ipeh berusaha menghampirinya dan ketika dia menoleh ke kiri terlihat sebuah mobil Honda Jazz merah melaju dengan kecepatan tinggi sepertinya hendak menerobos lampu merah . Ipeh yang melihat gelagat buruk yang akan menimpa Diaz mencoba menaikan volume suaranya untuk sekali lagi memanggil nama Diaz .
“ Diazzzz … TIDAAAKKK … ! ” .
BRAAAAAK … !!!
Langit kota Jatinangor yang tadinya cerah itu seketika berubah mendung hingga menjatuhkan butir butir beningnya ke bumi .
-bersambung-