Tidak ada mendung, hanya kulit saya merasakan sentuhan nyes, semilir dari pepohonan yang menaungi hampir di sepanjang perjalanan saya sore itu. Senja baru saja menampakkan diri sebelum, masih agak lama menuju petang. Saya berdiri di belakang rumah Mas Budi yang juga merupakan 'markas' tempat beliau menghabiskan nyaris seluruh waktunya.
KEMBALI KE ARTIKEL