Mohon tunggu...
KOMENTAR
Sosbud

Bandung di Mata Saya

12 Februari 2010   15:51 Diperbarui: 26 Juni 2015   17:57 206 0
Saya sudah mengenal Bandung sejak kelas 3 SMP dan makin mengenalnya semenjak kuliah selama hampir setahun lebih ini.
Kebetulan jarak dari tempat saya menuntut ilmu, Jatinangor, ke Bandung hanya memakan waktu kira-kira 1/2 jam.
Ini juga kalau naik Damri jurusan Jatinangor-Dipati Ukur/Jatinangor-Elang (ketauan ya kalo sering naik Damri).
Herannya, orang-orang tahunya saya kuliah di Unpad, Fikom Unpad yang di Bandung.
Padahal saya kan kuliahnya di Jatinangor, masih termasuk wilayah kabupaten Sumedang (Bandung sanaan dikit).
Tapi, ya sudahlah. Biar keren dikit, saya mengiyakan saja. Hehehe...

Bandung adalah salah rumah keempat saya (banyak ya...) setelah Jakarta, Jatinangor, dan Ciamis.
Bandung adalah salah satu kota favorit saya (sekarang masih sih).
Saya menganggap Bandung adalah tempat yang menyenangkan untuk berlibur dan bersantai.
Bandung adalah kota kuliner, berbagai tempat wisata menarik ada di sana, berbagai factory outlet dan distro ada juga di sana, dan kaum muda Bandung adalah orang-orang paling kreatif yang selama ini saya temui.
Sebagian bangunan di Bandung masih ada yang bernuansakan zaman kolonial Belanda, kuno tetapi beraksitektur menarik.
Dulu, lingkungannya masih hijau, adem, dan nyaman (sekarang?)
Ini adalah sebagian alasan mengapa saya mengagumi Bandung.
Bahkan dulu saya punya keinginan untuk memiliki rumah di salah satu wilayah di Bandung. Misalnya di Lembang.

Tapi, kini Bandung telah berubah.
Sama seperti Jakarta dan (mungkin) di kota-kota besar lainnya di Indonesia, Bandung telah berbeda.
Mall-mall dan gedung-gedung tinggi ada di mana-mana (dan makin menggusur tempat-tempat yang seharusnya adalah pemukiman penduduk), kemacetan, banjir, sampah-sampah suka terlihat menumpuk di pinggir jalan, dan yang paling penting adalah Bandung makin PANAS.
Entah siapa yang paling bertanggung jawab atas itu semua.
Manusianya juga kali ya?

Khusus untuk kemacetan, saya tidak bisa lagi menggambarkan bagaimana kekesalan saya saat hal itu terjadi.
Kemacetan sudah menjadi masalah klise, tidak hanya di Bandung tetapi juga kota-kota lain di Jakarta.
Apalagi di Bandung saat weekend, jangan ditanya.
Memang, hal ini tidak terlepas dari "peran serta" orang-orang seperti saya yang dari Jakarta.
Bisa dilihat saat weekend, banyak kendaraan berplat B "berkeliaran" di jalanan Bandung.
Biasanya tempat yang paling penuh kendaraannya adalah di mall-mall.
Miris, menurut saya.
Padahal di Jakarta sendiri banyak mall yang tidak kalah bagusnya dengan yang ada di Bandung.
Ternyata, Bandung masih punya daya tarik untuk orang-orang, termasuk yang dari Jakarta dan termasuk saya.
Macet...macet...apalagi sebagian besar jalan di sana adalah satu arah, mutar-mutar, dan makin banyak kendaraan di jalan.

Mungkin hal-hal yang saya tidak suka dengan Bandung akan banyak kalau saya tuliskan di sini, sama seperti halnya saya tidak suka dengan kemacetan, banjir, dan masalah-masalah lain di Jakarta.
Terlepas dari hal-hal negatif yang dipunyai Bandung, saya rasa Bandung masih menjadi salah satu kota favorit saya.
Bukan karena saya sering ke sana bersama teman-teman, entah dalam hal jalan-jalan atau tugas wawancara.
Bukan juga karena untuk pertama kalinya dalam hidup, saya bisa pergi ke luar sampai larut malam di Bandung saat kuliah.
Tetapi lebih dari pada itu.
Saya memiliki banyak kenangan indah yang sebagian dihabiskan di Bandung, bersama teman-teman dan juga dia.
dan yang pasti...

Saya selalu suka suasana Bandung sehabis hujan.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun